JAKARTA, Lintasbabel.iNews.id - Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Suganda Pandapotan Pasaribu menjadi Narasumber pada Indonesia Miner Conference and Exhibition 2023 dengan topik Returning Tin into a Strategic Mineral di Westin Hotel Jakarta pada Selasa (6/6/2023).
Dalam paparannya, Pj. Gubernur Suganda mengatakan sangat setuju dan mendorong hilirisasi timah di Kep. Babel seperti halnya keinginan Presiden Joko Widodo sebelumnya.
"Sangat menguntungkan kalau ada perusahaan yang mengolah langsung hilirisasi akan membuka lapangan kerja di Kep. Babel. Kami sepakat teknologi juga harus dipikirkan, dengan begitu keuntungan juga akan lebih besar dibandingkan hanya mengekspor balok timah ke luar negeri," ujarnya.
Dengan hilirisasi, tak hanya negara yang diuntungkan, namun harusnya dengan kondisi harga timah, ekonomi masyarakat Kep. Babel yang sudah 400 tahun berada di Pulau Penghasil Timah ini bisa meningkat berapa kali lipat dari sekarang ini.
"Namun hal itu tak perlu disesali, karena kita terus berbuat dan mudah-mudahan dari pertemuan ini akan menghasilkan kebijakan strategis dimana dengan menetapkan timah sebagai mineral strategis yang bisa menyumbangkan keuntungan bagi negara dan menyejahterakan masyarakat di Kep. Babel," ujarnya.
Meskipun Kepulauan Babel sebagai provinsi penghasil timah, namun ternyata dijelaskan Pj. Gubernur Suganda bahwa Indeks Pembangunan di Kep. Babel masih rendah dan angka stunting di Bangka Belitung juga masih harus ditekan. Ini dikarenakan banyak anaknya yang putus sekolah, mereka merasa bisa mencari uang dengan menambang timah sehingga menikah di usia anak, hal ini berdampak pada stunting.
Untuk itu, dirinya mengatakan bahwa hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama semua pihak termasuk pengusaha, penggiat timah di Kep. Babel untuk turut melakukan aksi mengatasi hal ini.
Selain itu, dirinya juga ingin agar semua pihak dapat menyamakan persepsi mengenai definisi Mineral Strategis melalui dua pendekatan diantaranya, pertama, pendekatan penggunaan mineral strategis yang dibutuhkan dalam pengembangan bidang militer, industri atau tujuan komersial lainnya yang berpengaruh penting terhadap perekonomian, pertahanan, kedokteran, transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, energi terbarukan serta kedirgantaraan.
Kedua, pendekatan upaya untuk menjamin ketersediaan pasokan mineral strategis yang tidak tersedia di dalam negeri untuk menjaga kepentingan nasional melalui kontrak pembelian atau impor dengan produsen mineral.
Dijelaskannya, penetapan timah sebagai mineral strategis merupakan upaya untuk memperkuat kendali negara/pemerintah dalam pengelolaannya guna kepentingan nasional dan/atau daerah yang lebih luas di masa yang akan datang.
"Perlu diciptakan ekosistem industri timah yang ideal dan berkeadilan, sehingga optimalisasi penerimaan negara, perlindungan lingkungan dan keterlibatan aktif serta pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan," katanya.
Editor : Muri Setiawan