Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un
العين تدمع والقلب يحزن، ولا نقول إلا ما يرضي ربنا
“Al-‘ainu tadmaghu wal qalbu yahzanu, walaa naqulu illa maa yardha rabbuna.” (Mata boleh menangis. Hati pun boleh bersedih. Namun, kami tidaklah berkata-kata kecuali apa yang diridhai Rabb kami).
Senin dinihari, saya bangun lebih cepat untuk menyelesaikan bacaan buku Fihi Ma Fihi Jalaludin Rumi pemberian sahabat. Namun belum sempat melihat halaman yang akan dibaca, saya mendapat kabar duka yang teramat dalam. Kyai panutan saya, seorang guru dan sekaligus sahabat saya dalam berfalsafah hidup, KH Ahmad Hijazi meninggal dunia.
Saya berduka. Teramat dalam. Bayangan akan kesahajaan pimpinan Pondok Pesantren Al-Islam Desa Kemuja Kabupaten Bangka ini, begitu lekat di kepala saya, dan juga mungkin ribuan orang yang juga mengenal beliau.
Kyai Ahmad Hijazi adalah betul-betul sosok Kyai yang membumi. Ia hadir bahkan hingga ke lapisan masyarakat paling bawah. Kedekatannya dengan lintas generasi membuat sosok beliau akan dirindukan sebagai pengasuh. Sering saat saya bertamu temu dengan beliau, sorotan batiniahnya kepada anak-anak sangat tulus. Beliau bilang, anak-anak adalah pengganti kita, bagaimana kita membentuk mereka, begitulah mereka akan menua nantinya.
Saya mengenal Kyai Ahmad Hijazi mulai dari saya menjabat Wakil Bupati Bangka Tengah. Saat itu, ia dengan ketegasannya, harapannya dan keinginannya, ia utarakan dengan nada sejuk. Bahwa, beliau ingin sekali melihat negeri ini hebat dalam Al Quran.
Dari dorongan itu saat saya menjabat Bupati di Kabupaten Bangka Tengah, pada tahun 2013 Bangka Tengah berhasil ditunjuk menjadi tuan rumah Seleksi Tilawatil Qur'an (STQ) tingkat nasional.
Di antara banyaknya pihak yang meragukan dan tak yakin Bangka Tengah mampu menjadi tuan rumah karena dianggap masih bau kencur, di antara ramainya nada pesimis dan prematur, alhamdulillah atas izin Allah SWT, Bangka Tengah sukses menggelar STQ tanpa kendala.
Lalu, sejak itu, motivasi demi motivasi terus mengalir. Saya diyakinkan bahwa negeri ini banyak menyimpan mutiara. Kala itu, sayapun berkehendak kuat agar Bangka Tengah menjadi juara MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran) tingkat Provinsi Bangka Belitung. Dan Kyai adalah orang yang menguatkan ijab saya terhadap keinginan agar Bateng juara MTQ. Alhamdulillah wa syukurillah, Bangka Tengah mampu menjadi juara umum MTQ Provinsi, yang semula tak dipandang, tak dilirik sama sekali oleh kabupaten kota lainnya.
Beliau pulalah, saat saya menjabat Gubernur Bangka Belitung, yang mendorong agar pelaksanaan STQ (Seleksi Tilawatil Quran) tingkat Nasional kembali dihelat di sini. Karena keyakinan beliau, Babel bisa berkiprah tinggi tingkat agama selaku Negeri Melayu.
Beliau juga sangat peduli prestasi-prestasi para qori/qoriah Babel. Setiap kami bertukar tutur di manapun bersua, beliau dengan semangat yang kuat mendorong saya untuk membuat capaian qori/qoriah kita meningkat. Salah satu wujud dorongan beliau, kita yang pernah berada di posisi 33 dari 34 provinsi, alhamdulillah bisa sampai urutan 15. Yang semua itu, tak lepas dari dorongan motivasi Kyai Ahmad Hijazi.
Dan satu motivasi terbesar dari Kyai Ahmad Hijazi yang saya ingat tanpa lupa setitikpun adalah saat ia setengah berbisik kepada saya: "Pak Gubernur, malu kita sebagai Negeri Melayu yang mayoritas muslim tapi urutan MTQ kita masa' 33 dari 34 provinsi."
Kyai Ahmad Hijazi begitu banyak memberikan petuahnya, dorongan moriilnya kepada saya pribadi, bahwa kita mampu dan kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Karena beliau meyakini bahwa di Bangka Belitung banyak kafilah-kafilah yang harus ditemukan dengan kegiatan sekelas STQ dan MTQ. Dan itu beliau percayakan kepada saya untuk menjadi bagian dari orang yang menggali bakat-bakat kafilah baru di tanah Melayu.
Dan hasil motivasi beliau, pada MTQ Nasional di Padang tahun 2020, Bangka Belitung di peringkat 15 Nasional, dengan menerbitkan M. Zaki Munawwar Juara 2 cabang Qiro'at Murottal Remaja, Hendra Wijaya Juara 3 Nasional Cabang Kaligrafi Kontemporer, dan Juara 3 Cabang Fahmil Puteri.
Kemudian pada STQ Nasional tahun 2021 di Sofifi Maluku Utara, Babel urutan ke 11 Nasional, dengan prestasi, Juara 2 Nasional oleh Farel Piransyah Cabang Hifzhil 1 Juz dan Tilawah. Mutmainnah Juara Harapan 1 Cabang 500 Hadist tanpa Sanad.
Lalu, pada MTQ Nasional tahun 2022 di Banjarmasin, Babel urutan ke 11 Nasional, dengan prestasi, Khoiril Imam Juara 2 Nasional Cabang Hifzhil 5 Juz dan Tilawah. Bimma Ananta Juara 3 Nasional Cabang KTIQ. Fatira Kasifa Juara Harapan 1 Cabang Hifzhil 10 Juz Puteri. Dan Fevi Diana, Juara Harapan 3 Cabang Kaligrafi Dekorasi Puteri.
Alasan itu semua kita capai, salah satunya karena kuatnya motivasi sang Kyai.
Selamat jalan Kyai. Lihatlah semangat mereka-mereka kini. Lihatlah kebahagiaan mereka. Dan lihatlah lebih dalam ke jiwa mereka, merekalah beberapa di antara jutaan generasi lainnya, yang kelak insyaAllah meneruskan perjuangan Kyai dan para guru menguatkan fondasi syiar agama di Bumi Serumpun Sebalai.
Berdoalah untuk kedamaian abadi bagi jiwa yang telah meninggal. Semoga Allah SWT memberinya Jannat-ul-Firdaus. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Artikel ini ditulis oleh Erzaldi Rosman, Gubernur Kepulauan Babel 2017-2022.
Editor : Muri Setiawan