Pengakuan warga lainnya datang dari Sahlan (69), yang tinggal persis di belakang tembok Depo Pertamina. Dia awalnya mendengar suara mirip seperti tabung elpiji yang mengeluarkan gas.
Suara itu tadinya dihiraukan Sahlan. Tak lama kemudian, aroma gas atau bensin menyeruak. Sahlan pun melihat kepulan asap putih. Begitu ada kabar api terlihat, Sahlan dan keluarga lalu berlari meninggalkan hunian, tidak lagi memikirkan harta benda karena yang paling penting baginya adalah nyawa keluarga.
"Ada suara, saya tenang sedang duduk, ada yang teriak, ada yang kebakaran, kalau tidak ada yang teriak nggak tahu saya jadi apa," ujarnya.
Peristiwa mencekam ini sendiri, telah menewaskan sedikitnya 19 orang. Puluhan orang dirawat di sejumlah rumah sakit dan ratusan lain terpaksa tinggal sementara di posko-posko pengungsian.
Editor : Muri Setiawan