PANGKALPINANG, Lintasbabel.iNews.id - Siapa pemilik Starbucks, brand kedai kopi ternama yang menjadi tongkrongan idola anak muda zaman now, menarik untuk diulas. Ternyata, sang pemiliknya dulu adalah anak orang miskin yang sempat menjadi loper koran dan sales.
Howard Schultz, pemilik Starbucks saat ini. Foto: net.
Sejarah Starbucks
Starbucks berdiri pada tahun 1971 dan berpusat di Seattle, Washington Amerika Serikat (AS). Pendiri awalnya adalah Jerry Baldwin (Guru Bahasa Inggris), Zev Siegl (Guru Sejarah), dan Gordon Bowker (penulis).
Ketiga orang ini merupakan penggila kopi, dan sempat berkeinginan membuka kedai kopi kecil.
Adapun nama Starbucks sebenarnya terinspirasi dari salah satu novel karya Herman Melville berjudul Moby-Dick. Dimana dalam novel itu terdapat monster duyung yang memiliki sepasang ekor. Nah, monster duyung ini kemudian dijadikan sebagai logo Starbucks hingga sekarang.
Beberapa tahun berjalan, Starbucks menjadi besar dan sudah ada beberapa outlet yang didirikan di beberapa wilayah di AS. Pada tahun 1987, pemilik awal Starbucks menjual seluruh kedai kopi, tempat penggilingan kopi, beserta dengan merek dagang Starbucks itu sendiri. Alasannya karena mereka sudah kewalahan mengurusi Starbucks.
Lantas, Howards Schultz membelinya dengan harga 4 juta dolar AS. Howard kemudian menjadi manajer di sini. Berkat tangan dingin Howard, dia berhasil merubah image Starbucks yang tadinya kedai kopi sederhana menjadi kedai kopi modern, diman salah satunya di menghadirkan Barista pada saat menyajikan kopi kepada pelanggan.
Tahun 1992 Starbucks membuka cabang di New England, Boston, Chicago sampai California. Dia mengadopsi sistem yang diterapkan oleh rumah makan siap saji McDonalds yakni sistem franchise atau waralaba.
Di tahun yang sama, Howard mendaftarkan Starbucks jadi perusahaan publik, dengan saham awal di bursa New York Stock Exchange kala itu adalah 14 dolar US per lembar. Harga ini kemudian naik menjadi 33 dolar AS.
Tahun 1996, Howard melakukan ekspansi ke luar Amerika Serikat, yakni Jepang. Singapura, Korea, Taiwan, Inggris, Belanda, Swedia dan Israel. Hingga tahun 2000, cabang Starbucks sudah mencapai 2.400 di AS dan 350 cabang do seluruh Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Kanada.
Bahkan di 2005, Starbucks sudah memiliki 10 ribu cabang di seluruh dunia. Di tahun itu juga, Starbucks tidak hanya menyajikan menu utama kopi, tetapi sudah mulai bermain dengan menu pelengkap seperti roti, snack, sandwich dan makanan lainnya.
Tahun 2008 Starbucks dilanda krisis ekonomi, sehingga 600 cabangnya terpaksa ditutup. Menyusul satu tahun kemudian 300 cabang ikut ditutup.
Siapa Pemilik Starbucks?
Agen CIA atau Central Intelligence Agency, Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat ternyata suka nongkrong di kedai kopi Starbucks untuk bertemu dengan jaringan mereka. (Foto: Dok)
Siapa sebenarnya pemilik Starbucks? awalnya Starbucks memang dimiliki oleh tiga orang pendiri seperti yang dikisahkan di awal artikel ini. Kemudian, mereka menjualnya kepada seorang bernama Howard Schultz.
Pemilik nama lengkap Howard Mark Schultz ini lahir di Brooklyn, New York, AS pada tanggal 19 Juli 1953. Howard merupakan anak sulung, dan memiliki 2 orang adik yakni adik perempuan bernama Ronnie dan adik laki-laki bernama Michael.
Howard dibesarkan dari keluarga yang miskin. Ayahnya adalah mantan tentara AS yang kemudian menjadi sopir truk. Ayahnya bernama Fres Schultz dan ibunya Elaine. Sang ayah diketahui tidak lulus sekolah menengah dan memilik menjadi pekerja serabutan, usai mengambdikan diri sebagai tentara Angkatan Darat di negaranya.
Saat berusia 12 tahun, Howard menjadi seorang loper koran dan penjaga toko. Soal pendidikan, Howard cukup beruntung meski dia hanya menamatkan pendidikan di jenjang SMA saja, tepatnya di Canarsie High School dan lulus tahun 1971 (Starbucks sudah berdiri di tahun tersebut).
Howard yang memiliki prestasi di bidang olahraga kemudian mendapat beasiswa atletik dari Nothern Michigan University. Dia lulus di kampus ini pada tahun 1975 dengan gelar Sarjana Komunikasi.
Beberapa tahun kemudian dia bekerja di sebuah pondok ski di kawasan Michigan. Dia kemudian menikah dengan Sheri Kersch Schultz dan dikaruniai tiga orang anak bernama Jordan Kyle, dan Addison.
Tahun 1979, Howard direkrut oleh PAI Partners, sebuah perusahaan peralatan dapur. Disini dia menjabat General Manager pada anak perusahaan PAI Partners yaitu Hammarplast, sebuah perusahaan Swedia. Howard bertugas menjual peralatan rumah tangga, termasuk mesin pembuat kopi.
Tahun 1981, dia berangkat ke Seattle untuk memeriksa sebuah kedai kopi ternama bernama Starbucks. Starbucks sendiri kala itu memang menjadi langganan pembeli mesin kopi pembuat espresso di kantornya bekerja.
Tiba di kedai Starbucks, Howard mencoba mencicipi kopi yang diciptakan, dan dia langsung terkesan dengan cara kedai ini membuat kopi yang nikmat dan memberikan pelayanan prima kepada pembelinya.
"Ya Tuhan, ini benar-benar bisnis yang bagus, kotanya pun sangat indah. Aku ingin menjadi bagian dari semua ini," kata Howard saat mengunjungi Starbucks.
Alhasil, ucapan Howard itu ternyata didengar oleh Tuhan. Setahun berselang, tepatnya tahun 1982 dia diterima bekerja sebagai Direktur Operasi Ritel dan Pemasaran di Statbucks.
Tahun 1983, Howard melakukan perjalanan dinas ke Milan, Italia untuk berbelanja biji kopi. Dia terkesan dengan salah satu kedai kopi di sama yang menjadi tempat orang-orang berkumpul dan bersosialisasi satu sama lain. Ide ini kemudian disampaikan kepada salah satu pemilik Starbucks yakni Baldwin. Sayang, ide itu ditolak Baldwin dengan alasan akan merubah gaya dan identitas khas Starbucks.
Resign dan Membuat Kedai Kopi Sendiri
Merasa idenya tidak diterima, Howard beberapa tahun kemudian resign atau berhenti bekerja di Starbucks dan memutuskan membuat kedai kopi sendiri.
Tepat di tahun 1986, kedai kopi bernama iL Giornale miliknya resmi beroperasi di Seattle, AS. Sebuah kedai kopi berkonsep Italia, yang menyuguhkan suasana nyaman kepada para pengunjungnya, yang juga diiringi dengan suara alunan musik opera yang lembut.
Modal awal kedai kopi ini sebesar 1,7 juta dolar AS, yang berasal dari pinjaman para pendiri Starbucks dan dari pinjaman bank. Usahanya berkembang pesat, tak kurang dari 300 orang berkunjung ke iL Giornale pada hari pertama dilaunching.
Baru setahun membuka kedai kopi, iL Giornale sudah bisa menyamai rekor penjualan Starbucks. Hingga akhirnya Howardz mendengar kabar kalau Starbucks mau dijual pendirinya seharga 4 juta dolar AS. Setelah mendapatkan pinjaman kredit dari bank dan meyakinkan para kreditur, akhirnya Starbucks jatuh ke tangan Howard.
Ditangan Howard akhirnya Starbucks menjadi raja kedai kopi yang disegani di dunia. Dia memiliki slogan iklan yang sangat gampang diingat siapa pun, yakni Senyum Akan Muncul saat Menikmati Kopi yang Penuh Cita Rasa.
Tahun 2000, Howard menyerahkan jabatannya ke Execuutive Director CEO Starbucks, Orin C. Smith. Sementara dirinya fokus melakukan ekspansi usaha ke dunia internasional. Usaha Howard berhasil, dimana tahun 2005 Starbucks melakukan ekspansi hingga 10.000 cabang di seluruh dunia.
Sayang, tahun 2008 terjadi krisis ekonomi di usahanya ini, yang mengharuskan dia mengambil alih kepemimpinan sebelumnya. Dia juga terpaksa menutup sekitar 900 kedai kopi Starbucks di beberapa negara.
Meski demikian, saat ini Starbucks masih tetap eksis dan menjadi idaman para pecinta kopi di seluruh dunia. Citarasanya yang khas ditambah suasana yang nyaman, membuat siapa saja betah berada di dalam kedai kopi Starbucks.
Pada tahun 2012, Forbes menempatkan Howard sebagai orang terkaya ke-354 di Amerika Serikat dengan kekayaan bersih mencapai 1,5 miliar dolar.
Itulah tadi kisah pemilik Starbucks, yang ternyata adalah anak orang miskin, namun bisa mengubah hidupnya berkat kerja keras dan kedisiplinan. Semoga kisah ini menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua.
Editor : Muri Setiawan