Pemanfaatan Limbah Organik untuk Keberlangsungan Sistem Pertanian Berkelanjutan

LIMBAH organik merupakan sampah yang berasal dari sisa–sisa organisme makhluk hidup baik manusia, hewan, serta tumbuhan. Limbah organik kering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun contoh yang termasuk sampah organik adalah sisa sayur dan buah, kotoran hewan hingga daun kering.
Sampah atau limbah organik masih menjadi salah satu permasalahan penting di Indonesia terutama di sekitar perkotaan, di sektor pertanian, di pasar-pasar tradisional dan skala rumah tangga. Pemanfaatan sampah atau limbah organik menjadi sumber energi merupakan salah satu solusi dalam mengatasinya.
Limbah organik adalah barang yang dianggap sudah tidak diperlukan dan dibuang oleh pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar.
Sampah atau limbah organik dapat mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau atau biasa diseut dengan kompos. Kompos merupakan pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan mahluk hidup (tanaman maupun hewan). Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Pengunaan kompos sebagai sumber nutrisi tanaman merupakan salah satu program bebas bahan kimia, walaupun kompos tergolong miskin unsur hara jika dibandingkan dengan pupuk kimia. Namun, karena bahan-bahan penyusun kompos cukup melimpah maka potensi kompos sebagai penyedia unsur hara kemungkinan dapat menggantikan posisi pupuk kimia, meskipun dosis pemberian kompos menjadi lebih besar dari pada pupuk kimia, sebagai penyetaraan terhadap dosis pupuk kimia.
Lahan pertanian di Indonesia sebagian besar telah berubah menjadi lahan kritis akibat pengaruh penggunaan bahan agrokimia yaitu pupuk anorganik dan pestisida yang pengaplikasiannya berlebihan. Penggunaan bahan agrokimia yang berlebihan selain adanya pemborosan juga berdampak negative terhadap kelestarian lahan dan lingkungan, dengan meningkatnya residu pada lahan pertanian dan lingkungan sekitarnya seperti sumber air dan sungai.
Penggunaan bahan agrokimia memang sangat penting bagi tanaman untuk meningkatkan produksi dari tanaman itu sendiri. Namun demikian, penggunaan pupuk dan pestisida ini telah mencemari sebagian sumber daya lahan, air, dan lingkungan.
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang berperan dalam meningkatkan aktivitas biologi, kimia dan fisik tanah sehingga kandungan di dalam tanah terpenuhi karena adanya pemberian pupuk anorganik, tetapi hal tersebut jika terjadi pemberian pupuk secara berlebihan maka akan terjadi pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan ialah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan akibat kegiatan manusia atau proses alam.
Kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi kegunaannya. Hal tersebut diperlukan sebuah langkah yang konservatif guna meminimalisir pencemaran lingkungan tersebut.
Pencemaran pupuk kimia yang berjalan lama, dilakukan secara intensif, cenderung dalam jumlah yang berlebihan, mengakibatkan bahan–bahan kimia yang terdapat pada pupuk kimia terbesar dan menimbulkan negatif terhadap lingkungan. Dampak yang timbul akibat pupuk anorganik ialah adanya pencemaran tanah dan air, menurunkan tingkat kesuburan tanah dan ketergantungan petani secara ekonomi dan sosial.
Kandungan dari bahan agrokimia atau pupuk anorganik yang digunakan sebagai bahan dasar pupuk yang dapat digunakan sebagai indikator banyaknya pupuk kimia dan rentang waktu proses akumulasi terjadinya pencemaran pupuk di lingkungan.
Pemanfaatan limbah organik untuk keberlangsungan sistem pertanian berkelanjutan ini bertujuan untuk mengurangi banyaknya volume sampah agar lebih ramah lingkungan yang ada di Indonesia serta dapat sebagai penyuplai nutrient bagi tanaman dan memperbaiki sifak fisik tanah baik secara fisika, kimia dan biologi.
Pemberian pupuk kompos dari limbah organik ini juga dapat dijadikan salah satu alternatif pemecahan atau solusi untuk membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan akibat pemberian pupuk anorganik, dan dapat digunakan sebagai salah satu program bebas residu bebas residu kimia untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan tanah.
Artikel ini ditulis oleh: Vania Putri (Mahasiswa Magister Ilmu Pertanian UBB)
Editor : Muri Setiawan