PYONGYANG, Lintasbabel.iNews.id – Amerika Serikat dan Korea Selatan menggelar latihan militer besar-besaran. Korea Korea Utara menuntut kedua belah pihak menghentikan latihan militer itu.
Tanya itu, Pyongyang pun mengancam akan memberikan respons yang lebih keras jika latihan tersebut terus berlanjut.
Amerika Serikat dan Korsel menggelar salah satu latihan udara militer gabungan terbesar mereka pada Senin (31/10/2022) kemarin. Ratusan pesawat tempur dari kedua belah pihak melakukan serangan tiruan 24 jam sehari selama lebih dari sepekan.
Menurut Angkatan Udara AS, latihan gabungan yang dinamai Vigilant Storm itu bakal berlangsung hingga Jumat (4/10/2022), dan akan menampilkan sekitar 240 jet tempur yang melakukan sekitar 1.600 serangan mendadak.
AS dan Korsel meyakini bahwa Korut akan melanjutkan uji coba bom nuklir dalam waktu dekat. Atas dasar kecurigaan itu, Washington DC dan Seoul menerapkan semacam strategi untuk “menghalangi” rencana Pyongyang tersebut melalui latihan militer skala besar di kawasan.
Kementerian Luar Negeri Korut menyatakan, Pyongyang siap untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatannya, keamanan rakyat dan integritas teritorial dari ancaman militer luar.
“Jika AS terus-menerus melakukan provokasi militer yang serius, DPRK akan mempertimbangkan langkah-langkah tindak lanjut yang lebih kuat,” ungkap Kemlu Korut dalam pernyataannya, seperti dikutip KCNA, Senin (31/10/2022).
DPRK adalah singkatan dari Democratic People's Republic of Korea (Republik Demokratik Rakyat Korea), nama resmi Korut di panggung internasional.
“Jika AS tidak ingin ada perkembangan serius yang tidak sesuai dengan kepentingan keamanannya, AS harus segera menghentikan latihan perang yang tidak berguna dan tidak efektif. Jika tidak, ia harus bertanggung jawab sepenuhnya atas semua konsekuensinya,” demikian pernyataan dari kementerian itu.
Pada Jumat (28/10/2022), pasukan Korea Selatan menyelesaikan latihan lapangan Hoguk 22 selama 12 hari, yang menampilkan pendaratan amfibi tiruan dan penyeberangan sungai, termasuk beberapa latihan dengan pasukan AS.
Korea Utara mengutuk latihan bersama sebagai latihan untuk invasi dan bukti kebijakan bermusuhan oleh Washington DC dan Seoul.
Editor : Muri Setiawan