PANGKALPINANG, lintasbabel.id - Niko (29), seorang pengrajin pot bunga, kursi, dan meja taman melakukan terobosan yang dapat diikuti para enterpreneur di tanah air. Tak mau ilmu dan keahliannya dipakai sendiri, Niko merangkul anak-anak muda putus sekolah untuk ikut bekerja bersama dirinya.
Aksi Niko ini mendapat apresiasi dari Ketua Dekranasda Bangka Belitung, Melati Erzaldi.
“Kebetulan saya tau Niko dan adiknya Antonio. Mereka luar biasa. Masih muda tapi mampu mengembangkan usahanya. Potensi yang tidak kita kira sebelumnya. Bahkan sampai bisa memberdayakan orang lain dan membuka lapangan kerja bagi yang lain,” ungkap Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kepulauan Bangka Belitung (Dekranasda Babel), Melati Erzaldi saat mengunjungi bengkel milik Niko yang terletak di kawasan Jembatan 12 kota Pangkalpinang, Kamis (17/6/2021).
Di bengkel yang dinamai Galeri Berlian tersebut, Ketua Dekranasda Babel bertemu dengan pemilik galeri, Niko, untuk berdiskusi mengenai dunia usaha.
Di tempat ini, Niko menjual berbagai macam tanaman hias. Hal ini bermula dari hobi, Niko yang mengolah tanaman hias kemudian beranjak pada kerajinan pot, dan sekarang berkembang hingga meja dan kursi taman.
“Potensi kita besar Bu, tanah di Bangka ini mineralnya bagus. Tidak perlu melalui banyak proses dan bahan campuran. Cukup tanah dan semen saja, kita bisa memroduksi banyak kerajinan. Berbeda dengan kondisi di pulau Jawa yang harus melalui berbagai proses produksi untuk menghasilkan suatu kerajinan,” ungkap Niko.
Diakui Niko, satu set kursi taman yang terdiri dari satu buah meja dan empat buah kursi batu berada dikisaran harga Rp1,1 juta di Babel. Harga ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan harga satu set kursi taman di Pulau Jawa yang dijual minimal Rp2,5 juta.
Dalam kurun waktu satu tahun saja, galeri ini sudah bisa menghasilkan omset hingga Rp500 ribu per hari.
Dikatakan Niko, pendapatannya sejauh ini masih tergantung musim. Jika masuk hari besar, omset yang diterima bisa lebih banyak lagi. Pesanan yang masuk meningkat hingga 60 set. Namun jika sedang sepi, omset yang diterima galeri bisa berada dibawah Rp200 ribu per hari.
Dengan sistem kerja yang tidak terikat, yakni 'kerja ketika mau dan pulang ketika semua selesai’ menjadikan hasil produksi mampu dibuat dengan sepenuh hati. Pot, meja, dan kursi yang dihasilkan memiliki nilai seni tinggi dan kokoh diterjang cuaca.
“Kita pernah menggunakan sistem jam kerja. Tapi kerja malah berantakan dan hasilnya tidak maksimal. Ya, itu karena moodnya kurang bagus. Jadi sekarang tidak kita paksain,” ungkap Niko.
Ketua Dekranasda, Melati mengapresiasi niat mulia Niko yang seperti diketahui hingga saat ini telah mempekerjakan tujuh orang yang berasal dari berbagai kalangan dan berusia lebih muda dari dirinya sendiri termasuk adik sepupunya, Antonio (20).
“Mereka ini kumpulan anak muda asli Bangka. Membuat kerajian pot dan yang keren, dapat dibuat tanpa menggunakan cetakan. Niko mengajari anak-anak muda ini, padahal sebelumnya Niko sendiri belajar secara otodidak,” ungkap Melati.
Saat pandemi seperti saat ini, justru memberikan berkah bagi Niko. Selama berada di rumah, banyak masyarakat yang beralih menggemari tanaman. Ini mendatangkan hal baik bagi Niko. Ia bahkan tidak sempat menyetok produknya karena selalu mengerjakan pesanan pelanggan. Akan tetapi, dirinya mengungkapkan tidak berani membuka pesanan melalui media sosial karena takut tidak bisa memenuhi permintaan pesanan pelanggan.
“Nah, disini diperlukan manajemen yang baik. Kalian harus bisa mengatur pesanan yang masuk, desain yang diinginkan, dan pekerja yang dibutuhkan. Buat target ke depan produknya mau seperti apa. Kalau kalian kerjanya gini-gini aja, saya jamin lima tahun lagi kamu pasti sudah bosan,” ungkap Ketua Melati.
“Benar Bu. Saya sekarang saja sudah bosan. Seharian cuma ngerjain pesanan. Saya bingung apa target saya nanti,” ujar Niko
Selain itu, Ketua Dekranasda Melati juga mengingatkan untuk mendaftarkan usaha ini pada Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK). Banyak keuntungan yang bisa didapatkan, salah satunya, kalau ada program pemerintah, usaha yang telah terdaftar IUMK bisa mendapat jatah bantuan.
“Insya Allah IUMK ini bisa kita bantu prosesnya dan pastinya gratis,” ungkap Melati.
Kisah Niko berhasil menginspirasi banyak pihak, bahwa di tengah pandemi, ternyata tidak selalu membawa dampak yang berarti. Pandemi justru menjadi tantangan yang membawanya mendapatkan keuntungan dan memberikan manfaat ke banyak orang di sekitarnya.
“Saya berharap galeri ini bisa menelurkan entrepreneur yang memiliki mimpi-mimpi besar untuk masa depan mereka. Anak muda ini belajar dan berdaya sehingga bisa mandiri dan menghidupi masa depannya sendiri,” ujar Ibu Melati.
Editor : Muri Setiawan