Keesokan harinya, Nazila membantu bunda nya memasak di dapur. Suami dan ayah nya sedang mengobrol di luar rumah. Sedangkan anak nya, berada di gendongan ayah nya.
"kenapa Zil? Kok kayak sedih gitu sih dari kamarin." Tegur bunda yang sibuk menumbuk bumbu.
"Enggak kok bund." Nazila tersenyum, kemudian melanjutkan pekerjaannya memotong kangkung.
"Cerita sama bunda." Ujar Bunda Riva, ia menghentikan pekerjaannya. Kemudian berjalan mendekati anak nya. "Kenapa hemm?"
"Hiks hiks, bunda. Nazila tuh rindu banget sama ayah." Setelah semalaman ia menahannya, Tangis Nazila pun pecah, ia memeluk bunda nya erat.
"Eh, kan udah ketemu?" Bingung bunda, seraya membalas pelukan Nazila.
"Nazila tuh pengen ngobrol sama ayah. Pengen di peluk sama ayah kayak gini bund. Dari dulu, ayah enggak pernah peluk Nazila." Ujar Nazila. "Saat pernikahan Nazila aja, Ayah enggak ada peluk Nazila. Ayah enggak mengeluarkan air mata nya wa-walaupun hanya setetes aja. Ayah juga enggak pernah telfon Nazila saat Nazila ada di Jakarta. Selalu aja bunda yang Telfon. Selalu aja bunda yang peluk Nazila. Nazila juga pengen bund, di peluk sama ayah. Hiks.." lanjut Nazila yang menangis sesenggukan.
"Ya Allah sayang." Bunda Riva pun ikut menetes kan air mata nya. "bunda mau cerita sesuatu. Kamu dengarkan ya."
Editor : Muri Setiawan