Haedar berujar bagi kaum muslimin Indonesia sebagai mayoritas di negeri ini terdapat tuntutan dan tantangan untuk menjadi kekuatan pencerdas, pencerah, pendamai, dan pembawa kemajuan yang bersendikan ajaran Islam yang rahmatan lil-'alamin. Umat Islam Indonesia harus tampil sebagai uswah hasanah (teladan terbaik) dan khaira ummah (umat terbaik) yang unggul berkemajuan.
Lebih lanjut, Haedar mengatakan, pandemi ini masalah bersama yang niscaya menjadi ibrah dan hikmah yang menumbuhkan pandangan dan sikap luhur berbasis nilai-nilai utama (al-qiyam al-fadlilah). Di antara nilai-nilai utama yang niscaya dikembangkan ialah nilai tauhid prokemanusiaan, nilai pemuliaan manusia, nilai persaudaraan dan kebersamaan, nilai kasih sayang, nilai tengahan, nilai kesungguhan berikhtiar, nilai keilmuan, serta nilai kemajuan.
"Dari musibah Covid-19 dapat dipetik hikmah untuk menguatkan keyakinan tauhid kaum beriman bahwa segala sesuatu di alam semesta ini absolut dalam kekuasan Allah. Hidup dan mati dengan segala siklusnya berada dalam genggaman-Nya. Manusia sungguh kecil dan tak berdaya. Maka tegak luruskan pengabdian kepada Allah seraya cerahkan akal budi untuk mencerahkan kehidupan," katanya.
Bertauhid meniscayakan kepedulian pada persoalan kemanusiaan, termasuk menyelamatkan jiwa manusia. Tauhid ajaran multidimensi, baik vertikal dalam hubungan dengan Allah maupun horizontal dalam relasi kemanusiaan dan alam semesta. Itulah, kata Haedar, kredo tauhid yang melahirkan ihsan kepada kemanusiaan dan rahmat bagi semesta alam.
Haedar melanjutkan, pandemi Covid-19 memberikan arti pentingnya memuliakan manusia. Jiwa manusia agar dihargai dan diselamatkan, sebaliknya jangan disia-siakan dan direndahkan. Manusia dengan seluruh dimensinya mesti diletakkan dalam ruang metafisika dan kosmologi kehidupan yang utuh, bermakna, dan multidimensi. Manusia jangan dianggap raga indrawi semata.
"Islam menempatkan manusia fi ahsan at-taqwim, makhluk sebaik-baik ciptaan Tuhan. Karenanya manusia sendiri haruslah bermartabat, serta jangan saling menghinakan dan menganut paham yang merendahkan," tuturnya.
Editor : Muri Setiawan