WASHINGTON, lintasbabel.id - Kasus kekerasan seksual di militer Amerika Serikat (AS) mencapai rekor tertinggi. Fakta itu terungkap sejak Departemen Pertahanan (Pentagon) memulai pelacakan 15 tahun silam.
Diketahui, sepanjang 2021, kasus pemecahan seksual lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Laporan Tahunan Pentagon tentang Kekerasan Seksual di Militer Tahun 2021 yang diterbitkan Kamis (1/9/2022) mengungkap, 1 dari 12 perempuan yang bertugas aktif atau 8,4 persen melaporkan menjadi korban kekerasan seksual dan upaya percobaan pada 2021. Bukan hanya perempuan, 1,5 persen prajurit laki-laki juga melaporkan kasus serupa.
Perkiraan jumlah korban di seluruh sistem pada 2021 adalah 35.875 prajurit, meningkat tajam dibandingkan kasus pada 2018 yakni 20.500 korban di antara personel aktif. Tahun 2018 merupakan terakhir survei dilakukan sebelum 2021.
Selain itu, 1 dari 3 prajurit perempuan yang bertugas aktif atau 29 persen melaporkan adanya kasus pelecehan seksual di tempat kerja. Sebanyak 25 persen di antaranya mengaku menjadi korban.
“Angka-angka ini tragis dan sangat mengecewakan. Peristiwa ini tidak hanya berdampak pada tingkat individu, tapi juga menurunkan kesiapan dan kemampuan departemen untuk menjalankan misi,” kata Elizabeth Foster, direktur eksekutif Kantor Ketahanan Pasukan Pentagon.
Menyusul laporan Komisi Peninjau Independen tentang Serangan Seksual di Militer tahun lalu, Pentagon mulai menerapkan prosedur baru untuk menangani krisis, termasuk membentuk unit khusus untuk menangani korban kejahatan seksual.
Departemen tersebut diperkirakan akan mempekerjakan lebih dari 2.000 orang untuk menjadi staf unit baru yang akan bertanggung jawab untuk menuntut serangan seksual di luar rantai komando militer.
Editor : Muri Setiawan