Daya Tawar Diplomatik
Di abad 21 ini, fakta menunjukkan bahwa tidak hanya minyak sebagai kekuatan diplomatik, tetapi juga negara yang memproduksi elemen tanah jarang, juga mempunyai daya tawar yang tinggi di mata dunia sebagai kekuatan diplomatik, dan akan memiliki kemampuan untuk menguasai teknologi tinggi.
Sebagai contoh adalah China yang merupakan eksportir tanah jarang tebesar dunia. Pada 2010, China pernah mengembargo ekspor tanah jarang ke Jepang, karena masalah sengketa territorial, yang mengakibatkan terganggunya industri elektronik, komputer, industri automotif dan pendukungnya.
China mempunyai kapasitas produksi elemen tanah jarang terbesar dunia yaitu sekitar 94% (Jha, 2014), dan Amerika serikat (AS) adalah importir terbesar dari China, sekitar 80% dari produksinya. Perusahaan besar yang menggunakan antara lain Raytheon, Lockheed Martin, BAE untuk komponen industri militer misil presisi tinggi, Apple untuk smartphone, Tesla untuk mobil listrik, General Electric, dan lainnya.
China dan AS, kerap terjadi perang dagang dan perang diplomatik, akan tetapi China mempunyai daya tawar diplomatik, dengan ancaman penghentian ekspor tanah jarang ke AS, yang dapat menurunkan output industri teknologi tinggi.
Tanah jarang merupakan elemen vital pada industri kamponen di industri teknologi tinggi, dan belum lama terjadi ketika pandemi Covid-19 yang baru lau, dimana China melakukan lock down, berakibat penurunan produksi tanah jarang yang berdampak pada negara lain pada industri automotif, dengan penurunan produksi dan penghentian operasi sebagian pabriknya, seperti Toyota, Nissan, Honda, VW, Daimler Benz.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait