KIEV, lintasbabel.id - Kolonel Jenderal Mikhail Mizintzev, Kepala Pusat Managemen Pertahanan Nasional Rusia mengumumkan akan memberikan waktu bagi warga Mariupol yang terjebak ditengah pertempuran yang terjadi di benteng pertahanan terakhir Batalion Azov dan Marinir Ukraina di kota Mariupol, kawasan timur Ukraina untuk mengevakuasi diri.
Pemberlakuan gencatan senjata ini diberlakukan mulai pukul 2 siang waktu setempat hingga warga dan pekerja pabrik baja ini mencapai zona aman di wilayah yang dikuasai Ukraina (25/4/2022). Pemberlakuan koridor kemanusiaan ini bertujuan agar warga sipil dapat meninggalkan lokasi yang sudah dikepung oleh pasukan Rusia, Chechya dan separatis Donbass.
"Mundur ke jarak yang aman dan pertahankan jalan keluar warga sipil dari daerah tersebut ke arah mana pun yang mereka pilih," kata Mikhail Mizintsev.
Dilansir media kenamaan Rusia RT.com, Jenderal Mizintsev menuding pihak Ukraina dan Batalion Azov sengaja menjadikan penduduk lokal sebagai perisai hidup menghadapi gempuran Rusia.
“Tidak ada hambatan bagi warga sipil untuk meninggalkan pabrik Azovstal, selain “keputusan" Kiev dan komandan unit nasionalis untuk menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia,” kata Mizintsev.
Rusia juga menawarkan agar sisa pasukan Ukraina yang masih bertahan di pabrik baja Azovtal untuk meletakkan senjata dan menyerahkan diri. Namun, tawaran ini ditolak mentah-mentah oleh Batalion Azov maupun marinir Ukraina.
Kota Mariupol sendiri sudah jatuh ketangan pasukan Rusia, namun sekitar 2 ribu milisi Batalion Azov dan marinir Ukraina masih melakukan perlawanan dengan sisa-sisa kekuatan yang ada.
Wilayah timur Ukraina termasuk Mariupol menjadi target utama pasukan Rusia setelah gagal menahlukkan ibukota Ukraina Kiev dalam aksi agresi militer besar-besaran sejak 24 Februari silam.
Setelah menguasai wilayah timur, Rusia dibantu pasukan Chechya serta separatis Luhanks dan Donbass mulai berupaya menembus kawasan selatan Ukraina untuk menciptakan koridor darat menuju Crimea yang dicaplok Rusia pada 2014 lalu.
Pihak Ukraina sendiri mengklaim bahwa Rusia kehilangan lebih dari 21 ribu personil, 182 pesawat tempur dan berbagai mesin perang termasuk kapal pemimpin armada laut Hitam, kapal jelajah rudal "Moskva" yang tenggelam bersama 510 awaknya dihantam rudal Neptunus.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait