Pernah Berorganisasi bukan Tanda Pernah Berkarya, Basit Cinda Dinilai Tak Layak untuk Ikut Pilkada

Jurnalis Warga/ Okta Renaldi
Okta Renaldi, Kabid PTKP HMI Cabang Bangka Belitung Raya. Foto: Dokumen Pribadi.

"PERNAH berorganisasi bukan tanda pernah berkarya, Basit Cinda tak layak untuk ikut Pilkada".

Kalimat ini dipandang tepat untuk menjadi reference dalam menyikapi dinamika menjelang PILKADA serentak 27 November 2024.

PILKADA harusnya melahirkan kepemimpinan transformasional, bukan kepemimpinan transaksional. Sehingga mampu melahirkan sintesis perubahan dan keberlanjutan pembangunan untuk mewujudkan kemakmuran. Bukan untuk sebaliknya, kepemimpinan transaksional yang hanya terfokus pada melanggengkan kekuasaan dan pemenuhan kepentingan golongan.

Calon Pemimpin yang produktif bukan soal atribut, citra diri, dan kekayaan. Namun yang menjadi tolak ukurnya tergambar dari seberapa banyak ia menghasilkan karya yang bermanfaat bagi umat, bangsa dan agama serta narasi dan edukasi dalam proses berpolitik.

Menampilkan portofolio riwayat memimpin organisasi tidak cukup, akan lebih etis jika yang ditampilkan karya-karya nyata. Tetapi bukan karya semacam pengadaan perlombaan gaple, gift, mobil legend dan sebagainya. Agenda-agenda semacam itu rekan-rekan Karang Taruna di tingkat kelurahan lebih dari mampu untuk melaksanakannya. 

Rakyat jangan mau ditipu dengan sederet riwayat berorganisasi tanpa narasi dan aktualisasi. Satu periode Basit menjabat Ketua KNPI Kota Pangkalpinang, hampir tak ada karya yang bisa dinikmati anak muda hingga hari ini. Bahkan hal serupa juga pernah dilakukannya di beberapa organisasi yang pernah dipimpinnya. Beberapa info bahkan mengatakan, dimasanya ber-HMI ia pernah terkudeta dan menghilang dari jabatannya sebagai Ketua Komisariat (komisariat di HMI merupakan struktur pimpinan tingkat terbawah). 

Menjabat Ketua MW KAHMI, berharap mampu mengklaim gerakan kader-kader HMI dan menjual nama HMI maupun KAHMI untuk bargaining. Nyatanya MW KAHMI di bawah kepemimpinannya jauh merosot dibandingkan periode sebelumnya. Hanya Poster/Reklame ucapan hari besar yang terpampang, tapi tak ada karya kongkrit yang bisa dirasakan umat. Belajar dari kisah film Lafran Pane, harusnya kader dan alumni HMI mampu memberikan warna dalam berpolitik bukan hanya mengklaim nama besar organisasi HMI.

Rakyat sebagai pemilik suara sudah cukup cerdas untuk menentukan arah dan nahkoda. Sebagai kader yang ditempa dan berproses di HMI, kami tak ingin nama baik dan nama besar organisasi tercoreng oleh oknum yang haus kuasa, menghalalkan segala cara tapi tak mampu berkarya. Tulisan ini dibuat dan dipublish bukan untuk menjatuhkan, tetapi justru untuk mencerdaskan masyarakat. Bahwa yang satu warna belum tentu satu arah.

Dengan ini sudah satu kewajiban bersama untuk seluruh masyarakat Kota Pangkalpinang lebih selektif dalam memilih calon pemimpin nantinya, mengingat kota yang sebelumnya dijuluki sebagai Kota Beribu Senyuman akan bias menjadi angan dan mimpi belaka jika kita salah menaruh harapan pada seseorang yang masih belum terjamin kualitasnya. **) 

Penulis: OKTA RENALDI - KABID PTKP HMI CABANG BABEL RAYA

 

Editor : Muri Setiawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network