Tahun 2014, HAARP sebetulnya hampir tidak lagi dioperasikan karena Angkatan Udara sudah tidak tertarik lagi dengan pengoperasiannya. Namun, pada Agustus 2015 pengoperasian HAARP justru dipindahkan ke University of Alaska Faibanks untuk kelanjutan eksplorasi.
Dalam situsnya, University of Alaska Fairbanks mengklaim bahwa HAARP adalah pemancar berfrekuensi tinggi yang paling mumpuni untuk mempelajari ionosfer. HAARP memiliki komitmen untuk mengembangkan penelitian ini dengan memfasilitasi pemancar daya tinggi yang beroperasi dengan frekuensi tinggi.
Lantas, publik kemudian menuding HAARP adalah penyebab gempa dahsyat yang melanda Turki dan Suriah. Pasalnya, program HAARP dalam pengoperasiannya berkaitan langsung dengan pemancaran radio ke ionosfer yang berada di atmosfer bumi.
Kaitan HAARP dengan bencana dahsyat gempa tersebut karena program penelitian ini dianggap bersinggungan langsung dengan aktivitas iklim di bumi. Namun, hingga saat ini tidak ada bukti nyata yang bisa menjawab teori tersebut.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait