KHERSON, Lintasbabel.iNews.id - Presiden Ukraina Volodimir Zelensky mengadakan kunjungan yang tidak diumumkan sebelumnya ke Kota Kherson, ibukota Kherson Oblast. Kota tersebut, baru saja direbut dari tangan pasukan Rusia.
Kunjungan ini terbilang cukup berani dan nekad, mengingat sebelumnya Direktorat Intelegen Kementerian Pertahanan Ukraina menyebutkan bahwa ada sekitar 20 ribu personil militer Rusia yang masih tinggal di Kherson dan menyamar sebagai warga sipil.
Dilansir dari The Kiev Independent, dengan pengawalan ketat, presiden Zelensky tiba di kota Kherson dan menjumpai warga setempat, Senin, 14 November 2022.
Kunjungan ini hanya berselang tiga hari sejak pasukan Ukraina mengambil alih kota berpenduduk 300 ribu jiwa itu.
Dalam kesempatan itu, Zelensky kembali menegaskan pihaknya tidak pernah menginginkan peperang dengan negara manapun, dan siap untuk melakukan negosiasi perdamaian yang dilandaskan pada kedaulatan seluruh wilayah teritorial Ukraina.
"Kami selalu siap untuk (dialog) damai, perdamaian atas seluruh wilayah Ukraina," kata Zelensky.
Ditambahkan Zelensky, Ukraina sangat menghormati hukum internasional dan kedaulatan setiap negara, dan satu-satunya alasan rakyat Ukraina memilih bertempur adalah invasi militer Rusia yang ingin merebut tanah air Ukraina.
"Sekarang kita berbicara tentang kedaulatan negara kita, ini alasan mengapa kita berperang melawan agresi Rusia. Kami tidak pernah tertarik pada teritori negara lain," kata Zelensky.
Sebelumnya, sejumlah media barat memberitakan bahwa ada desakan agar Ukraina menggelar negosiasi dengan Moscow untuk mengakhiri konflik bersenjata yang sudah menewaskan lebih dari 300 ribu jiwa dan jutaan orang mengungsi ini.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Oleh Nikolenko, membantah adanya desakan tersebut dan menyatakan bahwa Rusia tidak dalam posisi dapat mendikte persyaratan negosiasi.
"Formula perdamaian Ukraina tidak berubah, segera akhiri pertempuran, menarik mundur seluruh pasukan Rusia, memulihkan seluruh integritas teritorial Ukraina, kompensasi atas kerusakan (selama perang), jaminan tidak adanya agresi susulan. Dibawah persyaratan lain, perdamaian tidak akan pernah terwujud," kata Oleh Nikolenko.
Editor : Haryanto
Artikel Terkait