Dia juga dilarang masuk beberapa negara Eropa, seperti Prancis dan Inggris, karena dianggap berpandangan ekstrem.
Semasa hidupnya, Al Qaradawi pernah menjabat sebagai Presiden Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS), wadah para ulama seluruh dunia.
Ulama kelahiran Mesir itu dibenci oleh pemerintah negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, karena memperjuangkan pemberontakan Arab Springs pada 2011.
Di Mesir, Al Qaradawi juga dimusuhi karena ceramah-ceramahnya yang membuat kuping pemerintah merah. Akibat pemikirannya yang ekstrem itu Al Qaradawi terpaksa menghabiskan sebagian besar hidupnya di Qatar. Pemerintah Qatar masih menerima pandangan salah satu ulama Sunni paling berpengaruh tersebut. Dia kerap berceramah di stasiun televisi Qatar Al Jazeera dan disiarkan ke seluruh dunia.
Dari ceramah-ceramahnya itulah memicu ketegangan antara Qatar dengan Arab Saudi serta beberapa negara Teluk lain. Ini pula yang memicu pemboikotan Saudi dan sekutu terhadap Qatar pada 2017 dan memasukkan Al Qaradawi dalam daftar teroris. Namun hubungan Qatar dan negara-negara Teluk serta Mesir saat ini sudah pulih.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait