JAKARTA, lintasbabel.id - Contoh cerpen pendidikan singkat dapat Anda pelajari dalam artikel kali ini. Cerpen-cerpen ini bisa menambah referensi kamu dalam menulis sebuah cerita pendek bertemakan pendidikan.
Dalam isi sebuah cerpen kebanyakan berupa kisah tentang sebuah peristiwa atau seorang tokoh. Peristiwa atau tokoh tersebut dibatasi hanya satu supaya tidak melebar terlalu luas.
Sebagai informasi, cerpen juga dibatasi panjang penulisannya. Panjang cerpen paling tidak 10 ribu kata. Cerpen umumnya merupakan suatu bentuk karangan fiksi. Pembuat cerpen wajib menentukan tokoh-tokoh dalam cerita, menganalisis watak tokoh dan menulis garis besar cerita.
Dilansir dari berbagai sumber, celebrities.id, Kamis (15/9/2022) telah merangkum contoh cerpen pendidikan singkat, seperti berikut.
5 Contoh Cerpen Pendidikan Singkat
1. Susahnya Mencari Kerja
Aji berusia 17 tahun, ia berasal dari keluarga sederhana. Ia ingin mewujudkan cita-citanya dengan harapan ia mampu membuat kedua orang tuanya bangga kepadanya. Aji lulus SMA di usianya menginjak 16 tahun. Keinginannya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi harus tertunda lantaran ia tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan pendidikannya.
Demi mewujudkan harapannya ia rela malang melintang memperjuangkan cita-citanya tersebut. Dengan kondisi keluarga yang pas-pasan, sulit bagi Aji untuk meminta orang tuanya untuk membiayai pendidikannya di perguruan tinggi.
Satu-satunya cara agar tetap bisa melanjutkan pendidikanya adalah dengan mencari biayanya sendiri. Di usianya yang masih muda dan belum memiliki pengalaman kerja, tentunya sulit bagi Aji untuk bisa mendapatkan pekerjaan.
Namun, tidak membuat Aji patah arang. Ia terus berusaha memperjuangkan keinginannya. Ia sadar bahwa pendidikan sangat penting. Ia terus berusaha untuk mencari pekerjaan dengan kondisinya yang kurang mendukung. Sudah berbulan-bulan mencari pekerjaan, namun belum menuai hasil. Namun ia tetap gigih dalam mendapatkan pekerjaan. Sudah hampir memasuki satu tahun ia mencari kerja, ternyata ia belum mendapatkannya. Namun, ia adalah sosok remaja yang tangguh dan tidak kenal lelah. Terus berusaha dan mencari peluang. Setiap berita yang dia dapat langsung dimanfaatkan. Meski hasil yang didapat belum sesuai harapan, namun ia tetap berusaha. Kegigihan Aji selama hampir setahun mencari pekerjaan akhirnya terbayar sudah. Ia lantas mendapatkan telepon dari sebuah perusahaan dimana tiga hari sebelumnya ia memasukkan lamaran. Informasi loker itu ia dapat dari koran.
Pekerjaan yang selama ini ia nantikan akhirnya selangkah lagi ia dapatkan. Aji mendapatkan panggilan interview. Hampir 35 menit sesi tanya jawab dengan kepala personalia tersebut. Walaupun ia belum memiliki pengalaman kerja, namun Aji tetap bisa menjawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan oleh kabag personalia tersebut. Besoknya, kabar gembira pun datang. Ia mendapat kabar, bahwa ia diterima di perusahaan tersebut.
Aji pun langsung diperintahkan masuk kerja pada keesokan harinya setelah mendapat konfirmasi diterima sebagai karyawan baru diperusahaan tersebut. Sebulan ia bekerja bertepatan dengan pendaftaran mahasiswa baru. Ia pun mendaftarkan diri ke sebuah kampus swasta dan mengambil kelas malam karena siangnya ia pergi bekerja. Akhirnya ia pun berhasil merealisasikan cita-citanya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
2. Pengembara yang Cerdik
Pada suatu hari, ada seorang raja mengajukan pertanyaan di istananya yang membuat semua orang di ruang sidang bingung. Ketika mereka semua mencoba mencari tahu jawabannya, seorang pengembara berjalan masuk dan bertanya ada apa. Mereka mengulangi pertanyaan itu kepadanya. Pertanyaannya adalah, “Ada berapa banyak gagak di kota ini?”. Dia mengumumkan jawabannya, “Katanya ada dua puluh satu ribu lima ratus dua puluh tiga gagak di kota.
Ketika ditanya bagaimana dia tahu jawabannya, orang itu menjawab, “Minta anak buahmu untuk menghitung jumlah gagak. Jika ada lebih banyak, maka kerabat gagak harus mengunjungi mereka dari kota terdekat. Jika jumlahnya lebih sedikit, maka gagak dari kota kami harus mengunjungi kerabat mereka yang tinggal di luar kota. “ Senang dengan jawaban itu, Sang raja memberi pengembara itu rantai ruby dan mutiara.
3. Bersih-Bersih Kos
Seluruh penghuni Kos Biru sudah berkumpul di depan mushola, untuk merumuskan konsep gotong royong besok sore. Mulai dari peralatan yang harus digunakan hingga pembagian tugas tiap masing masing orang. “Dikarenakan musim kemarau yang berkepanjangan di daerah kita, halaman Kosan Biru beberapa pekan ini penuh dengan sampah dedaunan kering hingga sampah ranting yang berjatuhan memenuhi halaman.
Untuk itu, besok sore ibu meminta kalian bergotong royong membersihkan semua sampah itu” buka ibu kos. Setelah itu, ibu kos membagi kami menjadi beberapa kelompok, serta pembagian area mana saja yang akan dibersihkan. Tidak lupa beliau mengingatkan kepada kita bahwa kegiatan ini semata-mata untuk kenyamanan bersama.
Keesokan harinya selepas ba’da ashar, semua telah berkumpul di lokasi yang ditentukan. Pekerjaan pun dimulai, sampah mulai dibersihkan dan diangkut ke pembuangan akhir. Aku berada satu regu dengan kawanku yang bernama Sita. Kita membersihkan halaman depan gedung 1, tepat di depan kamarku dan kamarnya. “Sit, lo haus ga? Gue mau beli minum nih di warung depan, mau nitip ga?” tanyaku pada Sita. “Engga deh, di kamar gue masih ada minuman dingin, ko.” Balas Sita.
Bersih-bersih pun selesai, semua berkumpul lagi, kemudian ibu kos membuka percakapan kembali. “Terima kasih saya ucapkan untuk semuanya yang sudah berpartisipasi pada gotong royong ini, tanpa kalian semua, mungkin pekerjaan kita tidak akan selesai secepatnya ini..” ucap ibu kos.
Di sela rasa lelah yang menggerogoti badan, aku bergumam dalam hati. “Ternyata, suatu pekerjaan yang dikerjakan bersama-sama, akan bisa menghemat waktu dan tenaga, terlebih lagi pendidikan non formal seperti inilah yang penting untuk mendidik diri sendiri agar senantiasa hidup bersosial dengan lingkungan sekitar,” ujarku sambil tersenyum menghela napas.
4. Mencontek
Waktu itu, saat aku masih duduk di bangku SMP, aku mengerti tentang apa itu kejujuran. Pilihan untuk berbohong dan jujur, hal itu yang aku hadapi saat aku menghadapi ujian sekolah. Saat ujian, teman sekelasku banyak yang mencontek dengan berbagai cara. Ada yang membawa catatan kecil hingga menyembunyikan buku di bawah meja.
“Zi, lo mau nyontek ga? Gue bawa contekan nih” bisik Fadlan di sebelahku saat ujian berlangsung. “Wih! Boleh juga” ucapku dengan mengambil kertas kecil darinya. Pada saat itu, aku masih belum percaya buah dari sebuah kejujuran. Aku akan mencontek jika menghadapi ujian matematika, fisika hingga kimia, karena aku kurang begitu suka dengan angka. Hingga akhirnya pengumuman kenaikan kelas pun tiba, aku dan teman-temanku begitu tegang saat menunggu nilai rapot yang akan diberikan.
Setelah ku terima raport dari wali kelas, lalu wali kelasku mengatakan bahwa aku naik kelas. Namun, saat aku membuka rapor itu aku melihat nilai pelajaran matematika, fisika serta kimia mendapat nilai yang kurang memuaskan bahkan kurang dari rata-rata. Saat itu ku merenung, bernostalgia di saat aku ujian dan mencontek di salah satu mata pelajaran tersebut, kemudian hasilnya mendapat nilai buruk.
Sedangkan mata pelajaran yang lain yang aku kerjakan dengan kemampuanku meraih hasil yang baik. Lalu hal tersebut aku terapkan untuk menghadapi ujian di kelas berikutnya. Ketika ujian nanti, diriku niatkan untuk berusaha jujur dalam mengerjakan soal yang diberikan, sesulit apapun. Kali ini materi yang telah aku pelajari dan yang diajarkan guruku di kelas semuanya keluar. Tanganku menuliskan jawaban di LJK dengan tenang tanpa suatu keraguan.
Hingga akhirnya pelaksanaan ujian pun selesai, kini hanya tinggal menunggu hasilnya. Hari pembagian rapot pun tiba. Aku kembali tegang dengan hasil yang akan aku dapat nanti. Kemudian ibu wali kelas membacakan satu per satu para siswa yang meraih peringkat lima besar paralel hingga tepat pembacaan siswa yang meraih peringkat pertama “Siswa yang meraih peringkat pertama adalah…” ucap ibu wali kelas, Semua siswa begitu tegang menunggu kelanjutan ucapan dari ibu wali kelas tersebut.
“Gozi Faziano” ucapnya sambil mengarahkan matanya padaku. Diiringi bahagia dan harus atas kerja kerasku belajar selama ini tidak sia-sia. Kemudian semua teman memberi selamat padaku, lalu ibu wali kelas mengatakan padaku bahwa peraih peringkat pertama akan mendapat beasiswa sekolah di SMA. Diriku begitu senang mendengarnya. Anggapanku tentang kejujuran itu memang benar “kalau jujur itu membawa bahagia walau awalnya itu sulit”.
5. Sholat Itu Kewajiban
Ketika Adzan Subuh berkumandang di sekeliling rumah kecil di pinggiran desa, aku pun terbangun dengan mata yang masih mengantuk. Kusegerakan saja untuk mengambil air wudhu untuk mendirikan sholat. Dengan sunyi pagi buta itu, aku merasakan suasana sepi yang terjadi setiap harinya.
Ya, aku adalah anak yatim piatu yang tinggal di rumah kecil ini bersama dengan adik kecilku, kami selalu mencoba mencari pekerjaan dimana-mana seperti menjadi pembantu rumah tangga, mengamen atau menjadi tukang cuci baju ketika tetangga-tetangga ku meminta tolong.
Hembusan angin dingin yang melewatiku menyentuh kulitku, tak kusadari adik kecilkan bernama Awan terbangun "Kak, Awan pusing, Awan gak sholat ya?" ucapnya sambil mengucek matanya. Aku tersenyum tipis "Awan, kita tidak punya siapa-siapa lagi, kita harus melaksanakan kewajiban kita harus tetap sholat dalam keadaan apapun karena hidup cuma sementara", ucapku sambil membelai rambutnya.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait