PANGKALPINANG, lintasbabel.id - Tidak sedikit pakar rudal Eropa dan pengamat dalam negeri yang mencemooh keputusan Indonesia untuk menyepakati pembelian kompleks rudal jelajah anti kapal RK-360MC Neptune (Anti-Ship Cruise Missile) yang diproduksi Luch Design Bureau Ukraina.
Salah satunya adalah Pengkaji Geopolitik dari Global Future Institute, Hendrajit yang dalam artikel terbitan thegobal-review.com tertanggal 21 Juli 2021, Hendrajit memilih judul "Pemerintah Indonesia Harus Membatalkan Pembelian Rudal Antikapal Neptune dari Ukraina."
Hendrajit bukan satu-satunya yang mengkritisi MoU Pembelian sistem senjata pertahanan pantai yang ditandatangani pada 24 Desember 2020 ini, minimnya reputasi rudal yang pertama kali muncul dalam pameran Weapons and Security 2015 di Kiev, Ukraina tersebut.
Banyak analisa dan opini yang pada prinsipnya meragukan kemampuan rudal yang merupakan pengembangan dari rudal anti kapal warisan Uni Soviet KH-35, termasuk faktor kecepatan subsonic yang disebut rentan diintersep oleh sistem anti rudal.
Semua keraguan tentang rudal yang mengambil nama dewa air dan laut dari mitologi Romawi ini mendadak sirna setelah mendapatkan korban kelas kakap dalam wujud Kapal Cruiser Moskva, andalan armada Laut Hitam Rusia, Rabu 14 April 2022 dalam lanjutan pertempuran agresi Rusia ke Ukraina.
Sistem serangan dan pertahanan Moskva yang terkenal handal dalam menghalau dan merontokkan pesawat musuh, hingga pertempuran dengan kapal perang sekelas kapal induk sekalipun ternyata dapat ditembus oleh Rudal Neptunus.
Indonesia sepertinya harus lebih bersabar sebelum dapat menempatkan sistem rudal yang dapat dipasang dalam bentuk tiga platform : kapal, peluncur darat, dan pesawat ini. Pasalnya Ukraina masih disibukkan dengan upaya mempertahankan teritorial pesisirnya yang sangat mengandalkan rudal Neptunus.
Editor : Haryanto