get app
inews
Aa Text
Read Next : AETI Bangun Pusat Riset Timah di UBB, Siapkan Ahli Pertimahan Asal Babel

Menuju Bangka Belitung Merdeka

Jum'at, 17 Oktober 2025 | 14:49 WIB
header img
Ridho Azhari. Foto : ist

PANGKALPINANG, Lintasbabel.iNews.id - Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) terletak di bagian timur Pulau Sumatra dan terdiri dari dua pulau besar Bangka dan Belitung serta ratusan pulau kecil di sekitarnya. 

Wilayah ini secara resmi menjadi provinsi ke-31 di Indonesia pada 9 Februari 2001, setelah sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Sumatra Selatan. 

Sejarah Babel sangat erat kaitannya dengan perdagangan laut, kolonialisme Eropa, dan eksploitasi timah, menjadikannya salah satu pusat ekonomi penting di Asia Tenggara sejak abad ke-18.

Bangka Belitung (Babel) dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil timah terbesar di dunia. Lebih dari 90 % produksi timah nasional berasal dari provinsi ini. 

Namun, di balik kemegahan sumber daya alam tersebut, Babel menghadapi paradoks pembangunan: kekayaan alam yang melimpah justru menciptakan ketergantungan ekonomi yang tinggi, kerusakan lingkungan yang luas, dan ketimpangan sosial yang makin kompleks. 

Dalam konteks inilah, gagasan “Menuju Babel Merdeka” lahir bukan sekadar seruan politik, tetapi visi menuju kemandirian ekonomi dan keberlanjutan lingkungan melalui transformasi struktural daerah.

Ketergantungan Ekonomi dan Krisis Struktural

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Babel menunjukkan fluktuasi pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam satu dekade terakhir. Pada Triwulan II 2024, ekonomi Babel hanya tumbuh 1,03 % (year-on-year), menjadi yang terendah secara nasional. 

Namun setahun kemudian, pada Triwulan II 2025, pertumbuhan melonjak menjadi 4,09 % (y-o-y). Kenaikan ini mencerminkan betapa rentannya ekonomi Babel terhadap perubahan eksternal, khususnya harga dan kebijakan ekspor timah dunia (BPS Babel, 2025). 

Fenomena ini menjelaskan apa yang oleh para ekonom disebut sebagai resource trap atau “jebakan sumber daya”. 

Ketika daerah bergantung terlalu besar pada komoditas ekstraktif, pertumbuhan menjadi tidak stabil, dan kemampuan daerah untuk berinovasi melemah (Sachs & Warner, 2001). 

Dalam konteks Babel, ketergantungan ini menyebabkan lambannya diversifikasi ekonomi ke sektor-sektor produktif lain seperti industri pengolahan, pariwisata, dan perikanan.

Kerusakan Lingkungan dan Krisis Sosial

Konflik sosial di Bangka Belitung selama lima tahun terakhir memperlihatkan hubungan yang erat antara sumber daya alam, ekonomi, dan ketidakadilan sosial. 

Ketimpangan akses terhadap lahan dan hasil tambang telah menciptakan polarisasi antara kelompok masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Jika tidak ditangani secara bijak, konflik ini dapat mengancam stabilitas sosial dan lingkungan di daerah tersebut. Pemerintah perlu memperkuat regulasi pertambangan, menegakkan hukum terhadap tambang ilegal, serta memberikan ruang dialog antara masyarakat, pengusaha, dan aktivis lingkungan. 

Selain itu, diversifikasi ekonomi melalui sektor perikanan, pariwisata, dan pertanian berkelanjutan dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap tambang. 

Hanya dengan keadilan sosial dan tata kelola sumber daya yang transparan, potensi konflik di Bangka Belitung dapat diminimalkan dan kesejahteraan masyarakat dapat benar-benar terwujud.

Transformasi Ekonomi: Dari Ekstraktif ke Inovatif

Kementerian Keuangan RI dalam artikelnya “Menyongsong Babel Pasca-Timah” (2024) menekankan bahwa Babel harus beralih dari ekonomi berbasis sumber daya ke ekonomi berbasis inovasi dan hilirisasi. 

Strategi ini sejalan dengan teori Endogenous Growth yang dikembangkan oleh Romer (1990), yang menegaskan bahwa pengetahuan, teknologi, dan kreativitas menjadi sumber utama pertumbuhan jangka panjang. Upaya diversifikasi ekonomi Babel sebenarnya mulai terlihat. 

Sektor perdagangan besar dan eceran, industri ringan, dan perikanan laut dalam menunjukkan tren pertumbuhan positif sejak 2020. 

Di Pulau Belitung, pariwisata berbasis ekowisata mulai berkembang, sementara Bangka mulai menginisiasi pengolahan logam turunan timah dan bahan semikonduktor. Namun, kontribusi sektor-sektor ini masih kecil dibandingkan tambang, menunjukkan bahwa transformasi masih pada tahap awal.

Menuju Babel Merdeka lahir sebagai semangat baru untuk membangun daerah yang berdaulat secara ekonomi dan politik melalui pengelolaan sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan. 

Gagasan ini berakar pada kesadaran kolektif bahwa Babel tidak bisa selamanya menjadi daerah ekstraktif yang hanya mengandalkan hasil tambang tanpa diversifikasi ekonomi. Masyarakat mulai menyadari pentingnya transformasi ekonomi hijau, reformasi tata kelola tambang, dan dorongan terhadap status otonomi khusus (Otsus) agar Babel memiliki kewenangan penuh dalam mengelola kekayaan alamnya.

Langkah menuju Babel merdeka harus dimulai dengan reformasi tata kelola sumber daya alam. Pemerintah daerah perlu memperjuangkan status otonomi khusus, agar memiliki kewenangan lebih luas dalam pengelolaan hasil tambang dan pendapatan daerah. 

Selain itu, hilirisasi timah harus menjadi prioritas agar Babel tidak lagi hanya mengekspor bahan mentah, melainkan menghasilkan produk turunan bernilai tinggi seperti solder, tinplate, dan peralatan elektronik.

Selain ekonomi, pembangunan Babel yang merdeka harus didukung oleh pemberdayaan sumber daya manusia dan pendidikan lokal. Perguruan tinggi di Babel dapat menjadi pusat riset dan inovasi menuju ekonomi hijau dan digital. Dengan demikian, kemandirian tidak hanya terletak pada sektor industri, tetapi juga pada kekuatan intelektual dan sosial masyarakat.

Pada akhirnya, “Babel Merdeka 100%” bukan berarti lepas dari Indonesia, melainkan berdiri tegak sebagai provinsi yang berdaulat atas potensi dan kebijakannya sendiri. Kemandirian sejati akan terwujud bila masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha bersatu membangun Babel yang adil, sejahtera, dan berkelanjutan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat Bangka Belitung.

Editor : Haryanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut