get app
inews
Aa Text
Read Next : Guru Terpinggirkan, Kurikulum Dipuja: Ironi Hari Pendidikan Nasional

Refleksi Hari Pendidikan Nasional, Belajar Merdeka Tapi Masih Terikat Sistem Usang

Jum'at, 02 Mei 2025 | 22:06 WIB
header img
Sikri Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung

PANGKALPINANG, Lintasbabel.iNesw.id - Gema "Belajar Merdeka" bergulir kencang dalam lanskap pendidikan kita. Sebuah angin segar yang menjanjikan kebebasan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi minat, mengembangkan potensi, dan belajar sesuai dengan ritme serta gaya masing-masing. 

Kurikulum Merdeka hadir sebagai representasi dari semangat ini, membawa harapan akan pembelajaran yang lebih relevan, kontekstual, dan berpusat pada murid. 

Akan tetapi, di balik retorika yang menggugah dan konsep yang menjanjikan, tersembunyi sebuah ironi yang mendalam: kita tengah berupaya mewujudkan kemerdekaan belajar di tengah belenggu "sistem usang" yang masih mengakar kuat. 

Ibarat membangun rumah impian di atas fondasi yang rapuh, upaya memerdekakan pembelajaran seringkali terbentur pada tembok tradisi dan struktur yang belum sepenuhnya adaptif.

Salah satu manifestasi paling nyata dari "sistem usang" ini adalah pola pikir dan praktik mengajar yang belum sepenuhnya bertransformasi. 

Meskipun berbagai pelatihan dan sosialisasi Kurikulum Merdeka telah digalakkan, mengubah paradigma guru yang terbiasa dengan metode ceramah satu arah dan penilaian sumatif tunggal bukanlah perkara mudah. 

Kebiasaan lama sulit dihilangkan, dan tidak sedikit pendidik yang masih merasa nyaman dengan zona familiar mereka, enggan atau kesulitan untuk mengadopsi pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif, kolaboratif, dan diferensiasi. 

Infrastruktur dan sumber daya yang timpang juga menjadi penghalang di berbagai penjuru negeri. 

Bagaimana mungkin kita berbicara tentang pembelajaran berbasis teknologi dan proyek jika akses internet terbatas atau bahkan tidak ada? Bagaimana mungkin kita mendorong eksplorasi minat jika buku dan fasilitas penunjang pembelajaran minim? Kesenjangan ini menciptakan jurang yang lebar antara sekolah-sekolah di perkotaan yang relatif maju dengan sekolah-sekolah di daerah terpencil yang masih berjuang dengan keterbatasan dasar.

Selain itu, budaya penilaian yang masih terpusat pada angka dan ujian seringkali mengebiri esensi Merdeka Belajar. 

Tekanan untuk mencapai nilai tinggi masih membayangi siswa. Akibatnya, fokus pembelajaran cenderung bergeser dari pemahaman konsep dan pengembangan keterampilan menuju persiapan ujian semata.  

Tak dapat dipungkiri pula bahwa sistem administrasi dan birokrasi yang kaku terkadang menghambat inovasi di tingkat sekolah. 

Guru dan kepala sekolah yang memiliki ide-ide kreatif untuk mengimplementasikan Merdeka Belajar seringkali terbentur pada prosedur yang rumit dan kurang fleksibel. Alih-alih fokus pada peningkatan kualitas pembelajaran, waktu dan energi justru tersita untuk urusan administratif yang berbelit-belit. 

Pada akhirnya, upaya "Belajar Merdeka" ini terasa seperti mendayung perahu dengan satu dayung saja. Semangat untuk maju dan membebaskan potensi siswa ada, namun jangkar "sistem usang" masih kuat menahan laju. Agar kemerdekaan belajar benar-benar terwujud, kita tidak hanya perlu mengubah kurikulum, tetapi juga melakukan transformasi fundamental pada mindset pendidik, pemerataan infrastruktur, perubahan budaya penilaian, penyederhanaan birokrasi, serta pelibatan aktif seluruh ekosistem pendidikan.

Tanpa pembenahan yang komprehensif, "Belajar Merdeka" hanya akan menjadi retorika indah tanpa implementasi yang substansial. Kita akan terus menyaksikan siswa yang tidak memiliki kebebasan dalam belajar, namun secara substansial masih terikat oleh rantai sistem pendidikan yang belum sepenuhnya melepaskan diri dari warisan masa lalu. Inilah tantangan besar yang harus kita hadapi bersama demi mewujudkan pendidikan yang benar-benar memerdekakan dan memberdayakan generasi penerus bangsa.

 

Editor : Muri Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut