get app
inews
Aa Text
Read Next : Indonesia Bukan Hanya Pulau Jawa

IKN Nusantara Terlalu Luas, Kang Emil: Saya Khawatir Nanti Hanya Kumpulan Katalog Arsitektur

Kamis, 10 Februari 2022 | 14:44 WIB
header img
Ridwan Kamil. (Foto: celebrities.id/Instagram @ridwankamil)

BANDUNG, lintasbabel.id - Dinilai memiliki luasan yang luar biasa, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (RK) alias Kang Emil, mengaku khawatir, Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur (Kaltim) hanya menjadi katalog arsitektur, tanpa membentuk sebuah peradaban. Lahan pengembangan IKN ini sendiri mencapai 250.000 hektare.

“Yang saya khawatirkan di tahap berikutnya dari ibu kota negara ini, adalah nanti hanya kumpulan katalog arsitekstur, kumpulan bangunan-bangunan yang dibahas estetikanya, teori-teori bangunannya, tapi tidak membentuk sebuah peradaban kota," ujar Kang Emil dalam acara Paradigma Kota dan Arsitektur di Masa Depan, Arsitektur sebagai Artefak Peradaban dalam Perspektif Istana yang digelar Ikatan Arsitek Indonesia (IAN) Nasional, Rabu (9/2/2022).

Kang Emil memberi contoh, luasan Washington DC yang hanya mencapai 17.000 hektare atau setara dengan luasan Kota Bandung. 

Menurutnya, dengan luas IKN yang luar biasa luas tersebut, dikhawatirkan masyarakat yang hendak mengakses istana negara mirip memasuki kawasan industri.

Kang Emil mengingatkan, dalam mendesain ruang sebuah kota ataupun IKN, pembangunannya harus berprinsip seperti membuat baju, tidak sempit dan longgar.

"Saya kira boros lahan menjadi sebuah kebiasaan di kita, kalau membangun skala besar itu cenderung suka luas-luasan," tuturnya.

Dia berharap, dalam pembangunan IKN Nusantara belajar dari kegagalan-kegagalan di negara lain. Banyak negara gagal membangun ibu kota baru karena hanya berusaha menaklukan lahan seluas-luasnya tanpa memperhatikan kondisi psikologis manusia.

"(Kegagalan) itu terjadi di Brazilia, itu terjadi di Ibu Kota Myanmar, di mana-mana. (pembangunan fisik) Berusaha menaklukan tanah seluas-luasnya, lupa bahwa manusia itu punya batas-batas psikologis, batas-batas motoris yang harus disusun," ujarnya.

"Makanya, sebenarnya saya tidak suka kampus-kampus di Indonesia yang terlalu jauh-jauh bangunannya. Jadi antarbangunan harus naik mobil turun mobil dan sebagainya. Lama-lama karena kebiasaan tidak menciptakan kota dengan ukuran skala yang benar, kita jadi terbiasa menerima budaya bahwa menikmati arsitektur harus naik mobil," lanjutnya.

Kang Emil menyebut Kota Dubai memang sukses menawarkan arsitektur modern, indah, dan inovatif tapi tidak memberikan rasa nyaman untuk menjalani kehidupan.  

Dia menilai, Dubai menjadi contoh bagaimana penataan ruangnya tak mampu menyandingkan kaya dan miskin. Sebaliknya, justru melahirkan ketidakadilan ruang.

Sebagai arsitek dan urban planner, Emil menilai urusan IKN bukan semata-mata memindahkan dan membangun infrastruktur. IKN adalah membangun masa depan.

"Membangun masa depan harus punya identitasnya. Sejarah arsitektur modern kurang lebih mereduksi banyak sekali kearifan-kearifan lokal yang tentunya bisa harus kita carikan definisi-definisi barunya (di IKN)," katanya.
 

Editor : Muri Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut