Berdasarkan silsilah nasab tersebut –sebagaimana dikemukakan oleh ahli sejarah– maka nasab Imam Ahmad serumpun dengan Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wassallam, karena yang menurunkan Nabi adalah Mudhar bin Nizar.
Menurut catatan tarikh, kendati ayah beliau bernama Muhammad, namun beliau lebih dikenal dengan Ibnu Hanbal (nisbat kepada kakeknya). Setelah mempunyai beberapa putra yang di antaranya bernama ‘Abdullaah, maka beliau pun lebih sering dipanggil dengan sebutan Abu ‘Abdillah.
Akan tetapi berkenaan dengan madzhabnya, maka kaum Muslimin saat itu lebih menyebutnya sebagai Mazhab Hanbali, dan sama sekali tidak menisbatkan dengan kunyah tersebut.
Pertumbuhan dan Semangat Keilmuan
Sejak kecil Imam Ahmad dalam keadaan yatim dan miskin, namun berkat bimbingan ibunya yang shalihah, beliau mampu menjadi manusia yang teramat cinta kepada ilmu, kebaikan, dan kebenaran.
Dalam usianya yang masih dini yakni 16 tahun, setelah menamatkan pendidikannya di Kota Baghdad, beliau berangkat ke Kufah, Bashrah, Syam, Yaman, Jazirah, Makkah, dan Madinah. Perjalanan yang jauh dan cukup melelahkan ini, tidak ada bekal bagi Imam Ahmad, selain dari semangat, keprihatinan dan doa ibunya.
Editor : Muri Setiawan