TUJUAN artikel ini adalah untuk menganalisis El Nino. Kita tahu bahwa El Nino merupakan fenomena iklim alami yang terjadi dari waktu ke waktu di Samudera Pasifik. Fenomena ini berdampak signifikan terhadap iklim global dan dapat mempengaruhi kondisi cuaca ekstrem di berbagai belahan dunia.
Artikel ini menjelaskan penyebab El Nino dan dampaknya. El Nino terjadi ketika suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur naik di atas normal. Penyebab utama El Nino adalah perubahan arus hangat yang biasanya mengalir di barat laut Amerika Selatan. Perubahan ini dikenal sebagai El Niño-Southern Oscillation (ENSO).
El Nino terjadi ketika angin pasat Pasifik melemah atau bahkan berbalik arah, menyebabkan air hangat menumpuk di sekitar Indonesia dan Australia. El Nino memiliki dampak signifikan terhadap iklim dan cuaca global di berbagai belahan dunia.
Selain itu, dampaknya antara lain pola curah hujan yang tidak biasa, gangguan pada ekosistem laut, dan kondisi cuaca yang ekstrim. Selain itu, IPCC telah memperingatkan bahwa delapan persen lahan pertanian tidak akan dapat digunakan jika bumi menghangat hingga 1,5 derajat Celcius.
Delapan persen mungkin terdengar kecil. Masalahnya adalah studi Universitas Cornell pada tahun 2021 menemukan bahwa produktivitas pertanian global saat ini 21 persen lebih rendah daripada tanpa krisis iklim.
Alasannya adalah suhu yang lebih tinggi dapat memiliki efek negatif pada tanaman, seperti pengeringan, penyerbukan berkurang, fotosintesis lebih lambat dan serangan serangga dan patogen lebih mudah.
Selain itu, pemanasan global dan gelombang panas yang semakin sering dapat membuat petani di seluruh dunia cepat lelah dan sakit. Padahal, hingga 38 juta penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian.
Kesejahteraan para petani ini akan terus merosot akibat krisis iklim. Hal ini menurunkan produktivitas petani. Produktivitas pertanian secara keseluruhan juga menurun.
Akibatnya, tanaman padi ciherang Indonesia diprediksi turun hingga 30 persen pada tahun 2040. Diperkirakan hasil jagung global akan turun 24% pada tahun 2050. Produksi telur bisa turun 28,8% karena cekaman panas selama 12 hari.
Ketika panen gagal dan makanan menjadi langka, harga makanan naik. Terbukti cuaca ekstrim beberapa hari saja dapat meningkatkan harga pangan hingga 6%. Dalam jangka panjang, menurut perkiraan OECD, krisis iklim dapat menyebabkan harga beras naik hingga 50 persen pada tahun 2050.
Fenomena alam El Nino yang berdampak signifikan terhadap iklim dan cuaca global. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab dan mekanisme El Nino dan bekerja untuk mengurangi dampaknya, kita dapat mengurangi kerugian yang disebabkan oleh fenomena ini.
Kerjasama internasional dan perencanaan adaptasi yang rasional adalah kunci untuk mengelola El Nino dan mengurangi dampak sosial dan lingkungannya. (**)
(**) Artikel ini ditulis oleh Kementrian Riset dan Pengembangan BEM KM UBB 2023, Kabinet Restorasi Asa.
Editor : Muri Setiawan