Deretan Fakta Pulau Emas Kerajaan Sriwijaya yang Masih Misterius hingga Saat Ini

JAKARTA, Lintasbabel.iNews.id - Misteri Pulau Emas Kerajaan Sriwijaya sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Arkeolog asing bahkan menyoroti keberadaan harta karun peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang diperkirakan berada di dalam Sungai Musi, Palembang Provinsi Sumatera Selatan itu.
Seorang Arkeolog Kelautan dari Inggris bernama Sean Kingsley mengungkapkan, penemuan sejumlah harta karun dari sungai Musi merupakan sisa-sisa dari Pulau Emas yang telah lama menghilang.
Kingsley menyayangkan hingga kini, tidak ada penggalian arkeologis resmi yang dilakukan pemerintah Indonesia terkait pengungkapan Pulau Emas ini.
"Hampir tidak ada bukti fisik dan jejak yang tersisa dari kejayaan kerajaan Sriwijaya kecuali artefak dari sungai Musi," katanya seperti dikutip Live Science.
Lantas, seperti apa kebenaran Pulau Emas Kerajaan Sriwijaya tersebut? Berikut fakta-faktanya yang dilansir dari SindoNews.com, Kamis (9/3/2023).
Dalam sejarahnya, Sriwijaya merupakan kerajaan kuat dan makmur yang menguasai Selat Malaka, jalur perdagangan antara Timur dan Barat antara pertengahan tahun 600-an dan 1025.
Pengaruh kerajaan ini mulai pudar ketika terjadi peperangan dengan dinasti Chola di India. Sejak saat itu, pengaruh Sriwijaya menurun, meskipun perdagangan di sana berlanjut selama dua abad, menurut para sejarawan.
Pangeran terakhir Sriwijaya bernama Parameswara, berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas perdagangan di wilayah tersebut pada tahun 1390-an, namun dia kalah oleh pasukan Majapahit dari Jawa.
Hingga saat ini, belum didapati jejak yang tersisa dari Kerajaan Sriwijaya, kecuali harta karun yang ditemukan di dalam Sungai Musi.
Arkeolog hanya menemukan reruntuhan candi yang terbuat dari batu bata, dan beberapa prasasti yang menunjukan bahwa di tempat itu terdapat pelabuhan.
Lenyapnya Kerajaan Sriwijaya, kemungkinan besar karena kerajaan ini dibangun di atas sugai dengan struktur sebagian besar terdiri dari struktur kayu yang rapuh. Gaya arsitektur dunia air ini masih terlihat di beberapa sungai di Asia Tenggara hingga saat ini. Rumah-rumah dibangun di atas rakit dan diikat menjadi semacam kota terapung.
Beberapa laporan media asing, termasuk The Guardian, menyebutkan harta karun yang ditemukan di Sungai Musi luar biasa. Itu termasuk patung Buddha abad ke-8 yang bertatahkan permata yang nilainya ditaksir mencapai jutaan poundsterling dan permata yang biasa digunakan seorang raja.
Kingsley mengatakan penemuan harta karun di sungai Musi terus terjadi dalam lima tahun belakangan ini, seperti koin dari semua periode, patung emas dan Buddha, permata, dan berbagai perhiasan emas lainnya.
Penemuan harta karun itu menjadi bukti definitif bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah 'dunia air' seperti yang dicatat oleh teks-teks kuno. Ketika peradaban berakhir, seluruh istana, kuil-kuil, dan rumah mereka tenggelam bersama isinya.
Kendati belum ada bukti arkeologis, namun sejumlah arkeolog meyakini ada dua kemungkinan hilangnya peradaban Kerajaan Sriwijaya: akibat tenggelam di sungai dan dampak letusan vulkanik gunung berapi.
Arkeolog Kingsley mengatakan, rapuhnya kota di atas air yang dibangun Kerajaan Sriwijaya membuat kota itu seperti lenyap ke dalam air. Kemungkinan lainnya, peristiwa geologis yang terkait dengan aktivitas vulkanik di pulau Sumatera dapat mengubur situs Kerajaan Sriwijaya dan sejumlah peninggalannya.
Berdasarkan sejumlah catatan yang dibuat pedagang yang pernah berkunjung ke Sriwijaya, mereka menggambarkan kalau Pulau Emas itu memiliki gunung berapi yang menyemburkan asap dan api, ular pemakan manusia, dan burung yang bisa menirukan ucapan manusia.
Catatan tersebut juga menulis adanya pelaut bersenjata lengkap yang siap menyerang kapal apa saja yang mencoba lewat tanpa memasuki Kerajaan Sriwijaya.
Kingsley mengungkapkan, cerita-cerita itu dapat memberikan gambaran tentang Pulau Emas walau sedikit sensasional karena mengungkapkan sedikit tentang kehdiupan sehari-hari di tempat tersebut.
Itulah tadi fakta-fakta Pulau Emas Kerajaan Sriwijaya, yang masih misterius hingga sekarang.
Editor : Muri Setiawan