PANGKALPINANG, lintasbabel.id – Sebanyak 98,3 persen pengguna internet menggunakan smartphone dan 75 persen pembeli online di Indonesia menggunakan perangkat smartphone. Hal ini tentu saja mendorong pertumbuhan e-commerce di Indonesia.
Bagi Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Erzaldi Rosman, kondisi ini tentunya menjadi peluang bagi Bangka Belitung untuk mengenalkan dan memasarkan produk lokal Bangka Belitung.
Dikatakannya, perkembangan teknologi digital saat ini harus diimbangi dengan kemampuan literasi digital. Terkhusus bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Bangka Belitung, kemampuan literasi digital sangat bermanfaat dalam memasarkan produknya. Penggunaan metode digital marketing bagi pelaku UMKM merupakan salah satu upaya akselerasi bisnis yang lebih luas.
“Bangka Belitung memiliki sumber daya alam yang tersebar di seluruh daerah. Komoditi produk lokal dari Babel memang sudah dipasarkan melalui e-commerce, namun masih ada juga yang masih menggunakan pemasaran konvensional. Kita berharap nantinya pelaku usaha ini dapat bertransformasi ke digital untuk mendukung UMKM Go Digital," ujar Erzaldi saat menjadi Keynote Speaker dalam Kegiatan Literasi Digital 2021 Sumatera II Kabupaten Belitung yang diselenggarakan secara virtual, Senin (21/6/2021).
Untuk mendukung kemampuan literasi digital bagi pelaku UMKM, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Pemprov. Babel) berkolaborasi dengan komunitas dan relawan, yang salah satunya adalah relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kolaborasi ini bentuknya beragam, mulai dari pengenalan sampai dengan penggunaan aplikasi baik media sosial maupun platform e-commerce.
“Kolaborasi ini bertujuan agar pelaku usaha di Babel dapat memproduksi konten yang inspiratif, informatif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan engagement sehingga pemasaran produk UMKM semakin luas,” ujar gubernur.
Tidak hanya itu, pembangunan infrastruktur internet juga tidak kalah penting. Gubernur mengungkapkan bahwa Pemprov. Babel saat ini melakukan pembangunan infrastruktur internet sampai ke desa-desa.
“Tantangan infrastruktur internet memang tidak mudah karena Babel ini adalah provinsi kepulauan. Saat ini masih ada 108 desa yang belum memiliki akses internet (blank spot). Untuk itu kami menargetkan tahun ini semua desa tersebut sudah mendapat akses internet,“ kata Gubernur.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Belitung, Iqbal H. Saputra mengatakan bahwa kemajuan zaman telah membuat teknologi saat ini berkembang dan secara otomatis terjadi pergeseran ekosistem dan cara berkehidupan.
“Namun pada praktiknya perlu kesadaran mengenai pemahaman, analisis dan transformasi teks dan konteks. Karenanya perlu dibangun konstruksi alternatif yang terdiri dari ekosistem cerdas, pemerintah cerdas, sekolah cerdas, sumber daya manusia cerdas, keluarga cerdas, dan kolaborasi cerdas,“ ujarnya.
Dirinya menekankan bahwa ekosistem ini akan terbangun jika kolaborasi antara semuanya berjalan dengan maksimal, harus ada korelasi dan berkesinambungan. Untuk itu, perlu dilakukan kolaborasi antara inovasi dan kreativitas dengan penyesuaian-penyesuaian.
Milenial Harus Produktif
Lain halnya dengan selegram Bangka, Dwi Bidari yang mengatakan bahwa milenial Bangka Belitung seharusnya tidak hanya piawai menggunakan teknologi namun mereka harus produktif. Menurutnya, cakap digital tidak hanya sekedar tahu dan terampil, namun harus bertingkah laku positif dan produktif di dunia maya.
“Kaum milenial saat ini banyak yang menginspiratif, banyak diantara mereka yang telah berhasil memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan ekonominya. Melalui media sosial mereka membangun relasi dan engangement sehingga banyak penawaran endorse. Tidak hanya itu, anak muda di Babel saat ini sudah banyak yang membuat konten kuliner maupun pariwisata. Tidak hanya keuntungan bagi diri sendiri tetapi konten ini secara tidak langsung akan mempromosikan produk lokal dan keindahan Bangka Belitung," ungkapnya.
Namun dengan perkembangan digital tersebut dirinya kembali mengingatkan agar kaum milenial di Babel terus meningkatkan literasi digital untuk memerangi konten negatif seperti hoax dan ujaran-ujaran yang dapat memecah belah persatuan bangsa.
Editor : Muri Setiawan