get app
inews
Aa Text
Read Next : 3 Kali Mangkir, Bos Sriwijaya Air Hendry Lie Bakal Dijemput Paksa Kejagung

Akhirnya Terkuak, Ini Penyebab Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Jatuh di Kepulauan Seribu Tahun 2021 Lalu

Kamis, 10 November 2022 | 19:58 WIB
header img
KNKT akhirnya membuka hasil investigasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021. Foto: SINDOnews

JAKARTA, Lintasbabel.iNews.id - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membeberkan hasil investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air Boeing 737-500 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada 9 Januari 2021. Pesawat dengan nomor penerbangan SJ 182 itu mengalami kecelakaan karena sistem kemudi otomatis yang tak berfungsi. 

Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan, Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan investigasi yang dilakukan menyimpulkan sistem autothrottle tidak dapat menggerakkan dorongan level kanan akibat adanya gaya gesek atau gangguan lain pada bagian mekanikal dorongan level kanan. 

"Menjelang ketinggian 11.000 kaki, permintaan tenaga mesin semakin berkurang, hal ini membuat thrust lever kiri semakin mundur," ujarnya dalam konferensi pers laporan hasil investigasi tersebut di kantor KNKT, Jakarta Pusat, Kamis (10/11/2022).

Diketahui, autothrottle merupakan sistem pengatur gas yang memungkinkan pilot menentukan kecepatan dan dorongan pesawat secara otomatis. Nurcahyo menuturkan, pesawat Boeing 737-500 itu telah dilengkapi dengan sistem Cruise Thrust Split Monitor (CTSM) yang berfungsi menonaktifkan autothrottle jika terjadi asymmetry untuk mencegah perbedaan tenaga mesin yang lebih besar. 

"Penonaktifan Autothrottle terjadi antara lain jika flight spoiler membuka lebih dari 2,5” selama minimum 1,5 detik. Kondisi ini tercapai pada pukul 14.39.40 WIB saat pesawat udara berbelok ke kanan dengan sudut 15”, tetapi autothrottle tetap aktif dan menjadi nonaktif pada pukul 14.40.10 WIB," ucapnya.

Keterlambatan ini, kata Nurcahyo diyakini karena flight spoiler memberikan informasi dengan nilai yang lebih rendah disebabkan karena penyetelan (rigging) pada flight spoiler. Penyetelan pada flight spoiler ini belum pernah dilakukan di Indonesia. 

"Asymmetry menimbulkan perbedaan tenaga mesin yang menghasilkan gaya yang membuat pesawat udara pesawat bergeleng (yaw) ke kiri," ucapnya.

Secara aerodynamic, YAW akan membuat pesawat miring dan berbelok ke kiri. Gaya miring yang membelokkan pesawat udara ke kiri yang dihasilkan oleh perbedaan tenaga mesin menjadi lebih besar dari gaya yang membelokkan ke kanan yang dihasilkan oleh aileron dan flight spoiler. Akibatnya pesawat berbelok ke kiri. 

Keterlambatan CTSM untuk menonaktifkan autothroftte menyebabkan perbedaan tenaga mesin semakin besar, dan pesawat udara berbelok ke kiri yang seharusnya ke kanan. Deviasi berbeloknya pesawat udara tidak sesuai dengan yang diinginkan merupakan indikasi pesawat udara telah berada pada kondisi upset. 

"Perubahan yang terjadi di cockpit, antara lain perubahan posisi thrust level, penunjukan indikator mesin, dan perubahan sikap pesawat yang tergambar pada EADI (Electronic Attitude Direction Indicator) tidak disadari oleh pilot. Hal ini mungkin disebabkan karena kepercayaan (complacency) terhadap sistem otomatisasi," tuturnya.

Nurcahyo menjelaskan pada saat pesawat berbelok ke kanan dan kemudi miring ke kanan dapat membuat pilot berasumsi pesawat berbelok ke kanan sesuai yang diinginkan. Kondisi tersebut merupakan konfirmasi bias yaitu kondisi di mana seseorang mempercayai informasi yang mendukung opini atau asumsinya. 

Complacency terhadap sistem otomatisasi dan konfirmasi bias kemungkinan telah menyebabkan dikuranginya monitor pada instrumen dan keadaan lain yang terjadi. 

"Pada saat kemudi miring ke kanan, sementara itu pesawat berubah menjadi miring dan berbelok ke kiri. Lalu disusul peringatan kemiringan yang berlebih (bank angle warning). Selanjutnya A/P menjadi non aktif (disengaged) dan kemudi dimiringkan ke kiri. Kurangnya monitonng pada instrumen," katanya.

Kata dia, kemudi yang miring ke kanan mungkin telah menimbulkan asumsi pesawat miring ke kanan. Hal itu menyebabkan tindakan pemulihan tidak sesuai.


Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " Terungkap, Ini Penyebab Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Jatuh di Kepulauan Seribu "
 

Editor : Muri Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut