PANGKALPINANG, Lintasbabel.iNews.id - Tragedi perayaan Halloween di Itaewon Korea Selatan mengakibatkan sedikitnya 154 nyawa merenggang nyawa dan mengundang keprihatinan dunia. Halloween sendiri merupakan sebuah perayaan berbentuk pesta kostum menyerupai arwah atau hantu yang sudah membudaya diberbagai belahan dunia, seperti halnya di Ukraina. Negara yang tengah dilanda peperangan dengan Rusia ini punya tradisi unik dalam merayakan Halloween.
Perayaan Halloween sendiri tidak berkaitan dengan ritual keagamaan manapun dan hanya sebuah aktifitas budaya masyarakat yang sudah dirayakan selama beradab-abad. Halloween yang selalu diidentikkan dengan kostum ala hantu yang menyeramkan sebenarnya tidak memiliki tujuan untuk menebar teror atau menakut-nakuti warga. Justru merupakan ajang berbagi kebahagiaan dan lelucon.
Setiap negara yang masyarakatnya merayakan Halloween, memiliki mitologi tersendiri terkait Halloween, namun ada banyak kemiripan antara mitologi yang melatar belakangi tradisi tersebut.
Di Ukraina, masyarakatnya mengenal perayaan Halloween sebagai perayaan Veles Night. Veles merupakan sebuah nama dalam mitologi Slavic yang digambarkan sebagai sesosok pria berambut dan berjanggut abu-abu panjang serta memiliki sepasang tanduk. Veles dipercaya sebagai seorang dewa yang melindungi bumi, air dan dunia bawah (astral).
Konon untuk menghormati dewa Vesel, pada malam 1 November atau yang dikenal dengan sebutan Vesel Night, masyarakat Ukraina kuno melakukan ritual melompati api unggun yang membara. Ritual ini sudah dilakukan sejak abad ke-9, namun belakangan ini sudah sangat jarang warga yang masih melakukannya.
Tidak ada prosesi khusus dari ritual ini, umumnya warga hanya berkumpul mengitari api unggun sembari bernyanyi dan menari. Disela-sela nyanyian dan tarian tersebut, beberapa warga yang berani secara bergantian melompati api unggun yang sedang menyala.
Secara umum perayaan Halloween di beberapa negara dikaitkan dengan budaya untuk menghormati arwah leluhur atau anggota keluarga yang sudah meninggal. Dipercaya pada malam perayaan tersebut, jarak pemisah antara dunia orang hidup dengan dunia arwah orang yang sudah meninggal menjadi tipis, sehingga arwah leluhur atau anggota keluarga yang sudah meninggal memiliki kesempatan untuk mengunjungi rumah keluarganya.
Editor : Muri Setiawan