PRANCIS, lintasbabel.id - Setelah perburuan yang memakan waktu selama 35 tahun, seorang mantan perwira polisi diidentifikasi berada di balik serangkaian kasus pembunuhan, pemerkosaan, dan pemenjaraan palsu.
Petugas Prancis pada Kamis (30/9/2021) mengatakan, pria itu ditemukan tewas bunuh diri awal pekan ini.
Dalam sebuah pernyataan yang dilihat oleh CNN, jaksa penuntut umum Paris Laure Beccuau mengatakan, tes DNA telah memperlihatkan hubungan antara profil genetik yang ditemukan di beberapa Tempat Kejadian Perkara (TKP), dengan pria yang meninggal tersebut.
Jaksa mengatakan, para petugas telah mencari pelaku dari lima kejahatan yang dilakukannya antara tahun 1986 dan 1994, termasuk pemerkosaan anak dibawah umur 15 tahun, pembunuhan, percobaan pembunuhan, perampokan bersenjata, penyalahgunaan gelar dan penculikan dan pemenjaraan palsu terhadap seorang anak berusia 15 tahun.
Menurut pernyataannya, bukti yang dikumpulkan menunjukkan bahwa orang yang bertanggung jawab atas kejahatan itu, bisa jadi perwira di divisi polisi militer pada saat kejahatan terjadi, dan penyidik berhasil memisahkan profil DNA pelaku.
Pria berusia 59 tahun, yang tinggal di selatan Prancis, diberitahu pada 24 September jika dirinya akan diperiksa pada Rabu (29/9/2021), sebagai bagian dari penyelidikan.
Sekitar 750 orang pria yang bertugas sebagai petugas polisi militer di wilayah Paris pada saat kejahatan terjadi turut dipanggil untuk diperiksa.
Jaksa mengatakan, pria itu dilaporkan hilang oleh istrinya pada Senin (27/9/2021) dan ditemukan tewas di komune selatan Le Grau-du-Roi dua hari kemudian, bertepatan dengan hari pemeriksaan yang dijadwalkan.
Beccuau mengatakan, tersangka awalnya menjadi bagian dari divisi polisi militer sebelum bergabung dengan angkatan kepolisian, dan pensiun pada saat kematiannya.
Meskipun jaksa tidak menyebutkan nama pria itu dalam pernyataannya, BFMTV mengatakan sumber yang dekat dengan penyidik telah menyebut nama pria tersebut adalah François Verove.
Mengutip media lokal, BFMTV mengatakan Verove meninggalkan catatan bunuh diri yang mengakui bahwa dia adalah seorang pembunuh tetapi tidak memberikan nama-nama korbannya.
Namun, dia mengatakan dia "mendapat pegangan" pada dirinya sendiri dan tidak "melakukan apa pun sejak 1997."
Mantan kepala polisi Christian Flaesch, yang menyelidiki pemerkosaan dan pembunuhan 1986 terhadap Cécile Bloch yang berusia 11 tahun, mengaitkan Verove dengan kejahatan itu dalam sebuah wawancara dengan BFMTV pada Jumat (30/9)dan mengatakan teknologi baru telah memfasilitasi terobosan dalam kasus tersebut.
BFMTV juga mengatakan, pria itu diduga membunuh Irmgard Mueller yang berusia 20 tahun dan Gilles Politi yang berusia 38 tahun pada 1987.
Menurut BFMTV, tersangka dijuluki "Le Grêlé," atau "Pria Bercak di Wajah" di media lokal, setelah keluarga Bloch menggambarkan seorang pria yang mereka lihat di koridor mereka sekitar waktu pembunuhan Cécile.
Mengutip Le Parisien, BFMTV mengatakan pria itu pernah bertugas di kavaleri Pengawal Republik dari 1983 hingga 1988 sebelum menjadi bagian dari kepolisian reguler dan bertugas di regu remaja yang bertanggung jawab atas anak di bawah umur.
Outlet berita lokal Le Midi Libre mengutip mantan walikota Jean-Marc Lussert, mengatakan Verove telah bergabung dengan dewan lokal di komune selatan Prades-le-Lez pada 2019.
"Saya merasakan kepuasan sekaligus juga rasa sakit untuk keluarga Bloch," terang Bernard Pasqualini, mantan penyelidik yang menangani kasus itu pada 1986, dalam sebuah wawancara dengan BFMTV, Kamis (29/9).
"Orang ini tidak akan dihukum,” lanjutnya.
Berita itu muncul pada minggu yang sama ketika mantan perwira polisi Inggris Wayne Couzens dijatuhi hukuman seumur hidup atas penculikan, pemerkosaan, dan pembunuhan Sarah Everard yang berusia 33 tahun setelah menggunakan identitas polisinya untuk melakukan penangkapan palsu.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait