Bahkan pada Februari lalu, perusahaan agrobisnis berbasis teknologi TaniHub menghentikan operasional dua warehouse atau pergudangan yakni di Bandung dan Bali. Startup pertanian ini juga melakukan PHK karyawan.
Salah satu pengamat ekonomi, A Prasetyantoko yang berasal dari Kompas mengatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan sebagai sebuah sejarah yang berulang. Ini sejalan dengan beberapa pengamat yang membicarakan mengenai ‘gelembung dotcom’.
Menurutnya, jatuhnya nilai saham perusahaan teknologi belakangan ini ditandai dengan merosotnya pertumbuhan ekonomi yang disertai inflasi tinggi atau yang lebih dikenal dengan stagflasi.
Merosotnya saham teknologi ini juga merupakan dampak dari adanya kenaikan inflasi yang mencapai 5,7 persen di negara maju dan 8,7 persen di negara berkembang. Hal ini didasarkan dari terbitan berkala Dana Moneter Internasional, World Economic Outlook edisi April 2022.
Selain itu, pecahnya perang Rusia-Ukraina yang masih terus berlangsung hingga sekarang juga turut membawa imbas dalam goyahnya perekonomian global yang terjadi belakangan ini.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait