Padahal, secara geografis Bangka Belitung berada pada letak yang strategis sebagai kawasan perdagangan internasional. Bahkan, Bangka Belitung disebut masuk dalam jalur Sutra (Silk Road) atau lebih dikenal sebagai jalur perdagangan tertua yang menghubungkan antara Cina, India, Asia Tenggara dan Eropa.
Upaya untuk memungkinkan Bangka Belitung dapat langsung melakukan aktivitas ekspor-impor sudah dilakukan pada masa Gubernur Babel Erzaldi Rosman, dengan rencana pengembangan Pelabuhan Belinyu menjadi pelabuhan ekspor-impor berkapasitas 10.000 GT.
Langkah tersebut sudah dalam tahap komunikasi bersama Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan Kemenhub RI, dan hingga saat ini dalam pertimbangan pemerintah pusat.
Digitalisasi Asa Menuju Indonesia-Sentris
Selain infrastruktur keras, upaya lain yang terus digodok oleh pemerintah untuk menciptakan interkonektivitas ialah infrastruktur keras non fisik dengan pemanfaatan digital melalui aplikasi Inaportnet. Sistem layanan tunggal secara elektronik berbasis internet ini memberikan pelayanan kapal dan barang secara transparan di pelabuhan, menjamin rasa keadilan pelayanan (first come first served), mempercepat penyelesaian pelayanan kapal dan barang, hingga meminimalisasi biaya.
Penerapan aplikasi keluaran Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 157 Tahun 2015 tersebut sudah terkoneksi di 264 pelabuhan se-Indonesia sejak diluncurkan pada 2016, termasuk 2 pelabuhan di Bangka Belitung, yaitu Pelabuhan Tanjung Kalian, dan Pelabuhan Manggar.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait