"Kita ketahui bersama, jika sebelumnya tayangan lokal kurang mendapat porsi yang layak karena umumnya ditempatkan pada jam-jam diantara jam 1 hingga jam 5 dinihari atau biasa disebut jam hantu. Nah sekarang masyarakat Babel diberi jam tayang lokal pada jam yang paling berharga dipemyiaran, primetime, ini sungguh luar biasa," kata Joko.
Ditambahkan Joko, perubahan ini juga membuka ruang seluas-luasnya bagi pemilik informasi atau stakeholeder lainnya untuk dapat menggunakan media televisi sebagai alat untuk menyebarluaskan informasi baik komersiil maupun sosial secara lebih elegan dan eksklusif kepada masyarakat.
Di samping itu masyarakat juga dapat memanfaatkannya sebagai ruang ekspresi dan kreasi sekaligus peluang bisnis yang sangat menjanjikan.
"Ini wujud demokratisasi penyiaran yang sesungguhnya dan MNC grup sudah menginisiasinya. Bahkan 1-2 bulan yang lalu kita akan sulit membayangkan televisi nasional mau merelakan jam utama siarannya untuk kepentingan masyarakat lokal, karena berkaitan dengan nafas dan bisnis perusahaan. Namun dengan sangat bijaksana pak Hary Tanoe sudah mempelopori itu dan menunjukkan kebesaran hati perusahaan media yang dipimpin beliau," ujar Joko.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait