Kegiatan yang berlangsung sejak dini hari hingga jelang siang itu, dilakan dengan melakukan sembahyang dan meletakkan sesajian, berupa aneka buah-buahan, ayam atau babi, arak, aneka kue dan makanan vegetarian, uang kertas (kim cin), yang ditaruh di makam.
Mereka kemudian menggelar ritual dan mendoakan para orangtua dan leluhur, baik yang dimakamkan di area setempat maupun tempat lain, dengan harapan Tuhan memberikan tempat terbaik. Tak cuma berdoa, di makam mereka merapikan dan memperindah makam.
Selain ritual Ceng Beng, momen ini dimanfaatkan warga Tionghoa keturunan untuk berkumpul bersama keluarga, khususnya mereka yang dari perantauan biasanya akan pulang kampung.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait