Pesona Desa Penglipuran

Jurnalis Warga/ M. Ridwan
M. Ridwan, Inisiator Jaringan Desa Nusantara. Foto: Dokumen Pribadi.

PENGLIPURAN, itulah nama salah satu desa adat yang ada di Bali, tepatnya di Kabupaten Bangli

Desa ini diperkirakan berdiri sejak 700 tahun yang lalu, yang merupakan hadiah dari Raja Bangli kepada masyarakat yang ikut berperang melawan Kerajaan Gianyar. 

Adapun kata Penglipuran berasal dari kata “pengeling" dan "pura”. Pengeling” berarti ingat sedangkan kata “pura” berarti tempat leluhur. Maka penglipuran bisa di makna tempat suci untuk mengenang para leluhur. 

Sesuai dengan arti dari filosofi nama Penglipuran, dalam keseharian masyarakat Desa Penglipuran sangat kuat memegang tradisi nenek moyangnya yang sudah berumur ratusan tahun. 

Mereka masih menerapkan aturan-aturan tradisional di masyarakat dengan menjunjung tinggi adat istiadat, nilai gotong royong kekeluargaan, kearifan lokal yang berlandaskan konsep Tri Hitha Karana, yaitu: Pertama, Prahyangan, hubungan manusia dan Tuhan, meliputi penentuan hari suci, tempat suci, dan lain-lain. Kedua, Pawongan, hubungan manusia dengan manusia, meliputi hubungan masyarakat Penglipuran dengan masyarakat desa lain.

Ketiga, Hubungan Manusia dan Lingkungan Masyarakat Desa Penglipuran diajarkan untuk mencintai dan merawat alam dan lingkungannya. (Diolah dari sumber disparbud.banglikab.go.id)

Kemampuan mereka yang mampu mempertahankan tradisi leluhur ditengah gempuran modernisasi dan kemajuan teknologi menunjukan kelebihan sendiri bagi kehidupan masyarakat Penglipuran. 

Bahkan Desa Panglipuran mampu beradaptasi dengan perubahan zaman sebagi desa adat yang mampu survive dengan menghadirkan sebuah pesona tersendiri sebagai desa terbersih di dunia, karena masyarakatnya yang mencintai alam dan mampu merawat lingkungan desanya.

Selain itu, Desa Penglipuran juga punya keunikan dengan tetap mempertahankan konsep Tri Mandala dalam membangun tata ruang desa yang menjadi ciri khas desa-desa di Bali. Konsep Tri Mandala merupakan konsep dimana desa dibagi menjadi tiga wilayah yaitu: Pertama, Utama Mandala, merupakan wilayah suci untuk para dewa dan peribadatan. Kedua, Madya Mandala digunakan sebagai tempat tinggal para penduduk. Ketiga, Nista Mandala, merupakan area khusus pemakaman penduduk.

Berkunjung ke Desa Penglipuran memberikan banyak pembelajaran. Kita bisa memetik suatu kearifan dan kebijaksanaan dari masyarakat Penglipuran yang mampu mengelola sebuah desa dengan mempertahankan local wisdom, namun, tidak menutup ruang adanya inovasi bagi kemajuan desa.

Pastinya di luar Desa Penglipuran, ada banyak desa-desa lain di Indonesia yang juga di kelola dengan baik dengan model dan pola yang berbeda-beda atau dalam istilah jawa disebut "Deso Mowo Coro Negoro Mowo Toto".

Hidup Desa! 

 

Karangasem, 31 Desember 2023 **) 

 

**) M. Ridwan, Inisiator Jaringan Desa Nusantara

Editor : Muri Setiawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network