BANGKA, Lintasbabel.iNews.id - Pelepasan 600 Induk Udang pasca masa karantina ikan berbasis cara karantina ikan yang baik grade A digelar oleh CV Sumber Hatchery Bangka (SHB) Rabu (5/7/2023) di Dusun Tuing, Desa Mapur, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka. Kegiatan dihadiri langsung Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Dr. Ir. Pamuji Lestari, M.Sc.
Pelepasan 600 Induk Udang pasca masa karantina ikan berbasis cara karantina ikan yang baik grade A digelar oleh CV Sumber Hatchery Bangka (SHB) Rabu (5/7/2023) di Dusun Tuing, Bangka. Foto: Lintasbabel.iNews.id/ Maulana.
Perusahan pembibitan benur pertama Bangka Belitung dan terbesar di wilayah Sumatera ini diharapkan dapat menjadikan Bangka Belitung pemasok udang budidaya sebesar 5 - 10 persen secara nasional.
Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu (BKIPM) Pangkalpinang, Dedi Arief Hendriyanto mengatakan CV. Sumber Hatchery Bangka membuktikan keseriusan membangun instalasi karantina Benur terbesar dan mengantongi sertifikat Grade A dengan sistem teknologi bio security.
"Selama kurun waktu 1 tahun dari Mei 2022 hingga Mei 2023. Kami tidak percaya akan dibangun instalasi karantina ikan tersebut besar. Ternyata setelah kami teliti pada Mei 2023 memang instalasi ini layak mendapatkan sertifikat karantina ikan grade A," ucap Dedi.
Kata dia, beroperasinya Sumber Hatchery Bangka merupakan tonggak sejarah di Bangka Belitung yang memiliki pusat karantina dengan grade A dan termodern di Indonesia. Tempat Karantina berkapasitas 3 ribu ekor dan 2.7 Miliyar benur ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Bangka Belitung sebanyak 3 miliyar berdasarkan data tahun 2022.
Kata Dedi, pada tahun 2022 Bangka Belitung tercatat melakukan eksport udang sebanyak 20 ribu ton. Namun terjadi penurunan jumlah pada 2023 dikarenakan sebanyak lokasi tambak udang tutup dari 180 tambak disebabkan penyakit yang membuat petani udang mengalami gagal panen.
Pelepasan 600 Induk Udang pasca masa karantina ikan berbasis cara karantina ikan yang baik grade A digelar oleh CV Sumber Hatchery Bangka (SHB) Rabu (5/7/2023) di Dusun Tuing, Bangka. Foto: Lintasbabel.iNews.id/ Maulana.
"2022 pengiriman udang 20 ribu ton. 2023 menurun karena dari 180 tambak udang sebagian lokasi banyak yang tutup gagal panen karena penyakit. Harapan kita dari sumber bibit kesehatannya dapat kita maka pantau dari produksi udang. Dan dapat memenuhi target Babel yang sebelumnya hanya 1 persen menjadi 5 -10 persen," katanya.
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Dr. Ir. Pamuji Lestari, M.Sc mengapresiasi inisiasi dari pihak swasta melakukan perkembangan induk udang vaname. Menurutnya udang vaname masih menjadi prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengembangan sektor budidaya dan berdasarkan penilaian CV SHB sangat konsen dalam memenuhi kriteria karantina ikan yang baik sehingga menempuh grade A.
"Kami dari Kementrian Kelautan dan Perikanan, dari BKPIM menyambut baik inisiasi dari swasta utk bersama sama kami melakukan perkembangan induk udang vaname. Karena udang vaname ini terutama merupakan salah satu prioritas KKP untuk Pengembangan sektor budidaya dan memang saya lihat dari SHB sangat luar biasa karena sudah memenuhi kriteria kami dari cara karantina ikan yang baik bahkan menempuh grade A." kata Pamuji.
Sepanjang pemantuannya di seluruh Indonesia tentang sektor budidaya tambak Pamuji mengacungi jempol sistem instalasi yang diterapkan oleh SHB dalam menjaga bibit agar tidak terkontaminasi dengan penyakit. Apalagi melihat Teknologi UV yang digunakan untuk menghilangkan penyakit namun tidak mengurangi mineral mineral yang digunakan untuk perkembangbiakan benih dan juga indukan udang.
"Saya sudah keliling ketempat tempat tadi memang sangat luar biasa mulai dari laut yang sudah disaring dengan tertutup jadi tidak ada kontaminasi dari atas dr burung, udara dari mana pun sehingga kontrol terhadap penyakit dan hama sangat luar biasa. Terutama untuk beberapa proses ini ada namanya UV. Ada satu teknologi khusus di semprotkan ke air atau diberikan tenaga air menghilangkan penyakit tapi tidak mengilangkan mineral mineral kemudian ini masih bisa dipake untuk berkembang biaknya benih dan juga induk udang," ujarnya.
Pamuji mengatakan SHB merupakan Hatchery termodern dan terbesar di Indonesia dengan memiliki standar yang baik. Sehingga dirinya memberikan tantangan kepada pihak SHB untuk memenuhi kebutuhan suplay bibit udang vaname di seluruh Indonesia dengan kwalitas R1 sehingga akan dilirik pasar yang baik.
"Jadi saya sekali lagi memberikan apresiasi kepada SHB dan juga pemerintah kabupaten Bangka dan Bangka Belitung karena ini Hatchery terbesar termegah dan termodern dan berstandart yang baik. Bahkan instalasi karantinanya (IKI) nya ini sangat luar biasa. Dan saya baru mendapatkan perusahaan yang sangat konsen dari hulu ke hilir dan juga mulai dari indukannya, pakannya sampai benihnya sampai pasarnya. Memang pasarnya ini potensi sangat luar biasa karena dibeberapa pertambak /Hatchery Budi daya bibit atau benihnya masih import. Makanya tantangan saya kepada Pak Amen dan ibu Felicia bagaimana perkembangan nantinya kalau sudah bisa membuat jauh lebih baik lagi. Karena induk masih import kalau kita ini bisa dihasilkan R1 di Indonesia maka saya kira kwalitasnya lebih baik dan pasar OK. Karena banyak sekali petambak kita dari seluruh Indonesia kwalitas kita di Indonesia dari bio scurity dari ketahanan pangannya bebas penyakit karena sudah diteliti ada 7 virus 2 bakteri dan 1 patogen dan ini sangat sangat bebas. Jadi keamanan pangannya dapat terjaga dari sisi bebas penyakitnya bisa terkendali. Lebih kuat lebih bagus. Sehingga ketika di suplay ke seluruh Indonesia bisa bebas penyakit karena dari hulunya sudah ditangani dengan sangat baik," ujarnya.
Editor : Muri Setiawan