AFRIKA SELATAN, lintasbabel.iNews.id – Surat Perintah Penangkapan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin membuat pemerintah Afrika Selatan merasa dilematis. Pasalnya, Negara yang memiliki tiga ibukota ini, akan menjadi tuan rumah pertemuan ke-15 BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) dimana hampir dapat dipastikan akan dihadiri oleh Putin.
Dilansir dari Pravda.com, Afrika Selatan melalui juru bicara kepresidenan, Vincent Magwenya menyebutkan bahwa sebagai bagian dari komunitas internasional, Afrika Selatan menyadari penuh kewajiban dan konsekuensi dari diterbitkannya perintah penangkapan tersebut oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
“Kami sebagai pemerintah (Afrika Selatan) menyadari kewajiban hukum kami. Namun antara sekarang dan KTT, kami akan tetap terlibat dengan berbagai pemangku kepentingan terkait. Kami memperhitungkan laporan tentang surat perintah penangkapan yang telah dikeluarkan ICC,” kata Vincent Magwenya, Senin (20/3/2023).
Afrika Selatan sendiri memiliki hubungan bilateral yang cukup baik dengan Kremlin, dan merupakan salah satu negara yang menolak untuk mengutuk invasi militer Rusia ke Ukraina. Sehingga dengan diterbitkannya perintah penangkapan terhadap sekutunya tersebut, membuat pemerintahan Presiden Cyril Ramaphosa berada dalam situasi dilematis.
Meski dekat dengan Kremlin dan menolak mengutuk invasi Rusia, Vincent Magwenya menegaskan bahwa Afrika Selatan tetap memiliki komitmen untuk mendukung perdamaian dunia dan terus berupaya untuk mendorong solusi damai atas konflik bersenjata yang melibatkan Rusia dan Ukraina ini.
“Afrika Selatan tetap berkomitmen dan sangat menginginkan agar konflik di Ukraina diselesaikan secara damai melalui negosiasi,” kata Vincent Magwenya.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait