KIEV, lintasbabel.id - Pasca pengumuman mobilisasi parsial untuk melanjutkan peperangan di Ukraina, warga di sejumlah kota menggelar aksi protes. Mobilisasi ini sendiri dinilai sebagai langkah panik Kremlin yang dibayangi kekalahan memalukan dalam perang yang sudah memasuki bulan ketujuh ini.
Presiden Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi parsial untuk melanjutkan pertempuran di Ukraina. Foto: The Kiev Independent.
Hanya selang beberapa menit sejak mobilisasi diumumkan, seluruh tiket penerbangan langsung dari Rusia ke Istambul Turki dan Yerevan, Armenia ludes terjual. Menurut laporan dari berbagai sumber, hal ini disebabkan karena banyaknya warga Rusia yang tidak ingin dikirim ke garis depan pertempuran.
Walaupun Putin sudah menjelaskan bahwa mobilisasi parsial ini hanya ditujukan kepada pasukan cadangan yang memiliki pengalaman tempur.
Disamping itu, warga dibeberapa kota seperti Tomsk Siberia dan Novosibirsk menggelar akai protes menuntut pembatalan mobilisasi ini.
Protes berlangsung hingga malam ini dan sejumlah pengunjukrasa ditangkap dan ditahan oleh polisi setempat karena menentang kebijakan pemerintah
Sememtara, Perdana Menteri Kerajaan Belanda, Mark Rutte menyebutkan bahwa mobilisasi dan pseduo referendum yang akan digelar Rusia di Kheraon, Luhansk, Donetsk, dan Zaporizhzhic merupakan bentuk kepanikan Putin menghadapi ancaman kekalahan dalam perang ini.
"Mobilisasi, menyerukan referendum di Donetsk, itu semua merupakan tanda kepanikan. Retorikanya tentang senjata nuklir adalah sesuatu yang telah kami dengar berkali-kali sebelumnya, dan itu membuat kami kedinginan," kata Rutte kepada penyiar Belanda NOS seperti yang dilansir Reuters.
Ditegaskan Rutte, permainan retorika yang coba dibangun Rusia ditengah kehilangan besar pasukannya di wilayah pendudukan.
"Itu semua adalah bagian dari retorika yang kita ketahui. Saya menyarankan untuk tetap tenang," kata Mark Rutte.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait