MOSKOW, lintasbabel.id - Aksi "balas dendam" dilakukan oleh Rusia kepada Amerika Serikat, dimana Negeri Beruang Merah itu kembali menjatuhkan sanksi kepada para pejabat Negeri Paman Sam serta kalangan swasta.
Kementerian Luar Negeri Rusia pada Senin kemarin mengumumkan 61 nama yang dijatuhkan sanksi yakni tak boleh memasuki wilayah negara itu, di antaranya Menteri Keuangan Janet Yellen dan Menteri Energi Jennifer Granholm.
Selain itu bos-bos perusahaan pertahanan AS serta pemimpin media juga masuk dalam daftar.
Dalam pernyataan, Kemlu Rusia menjelaskan sanksi diberikan kepada individu sebagai pembalasan atas meluasnya sanksi AS terhadap tokoh politik dan publik Rusia, serta perwakilan bisnis di dalam negeri.
Pihan non-pemerintahan AS yang juga masuk dalam sanksi adalah para pemimpin perusahaan industri militer, platform media, lembaga pemeringkat, serta perusahaan pesawat dan pembuatan kapal. Mereka disebut terlibat dalam membuat laporan palsu tentang serangan siber Rusia yang membahayakan.
Di antara indvidu yang dijatuhi sanksi tersebut adalah CEO Delta Air Edward Bastian, Direktur Komunikasi Gedung Putih Kate Bedingfield, Direktur Anggaran Gedung Putih Shalanda Young, Kepala Kantor Koordinasi Sanksi Departemen Luar Negeri James O'Brien, Ketua Bursa Efek New York Jeffrey Sprecher, serta Presiden dan CEO Fitch Group Paul Taylor.
Pada pertengahan Maret lalu Rusia lebih dulu menjatuhkan sanksi kepada Presiden Joe Biden serta beberapa menteri seperti Menlu Antony Blinken dan Menhan Lloyd Austin. Sanksi tersebut dijatuhkan sebagai pembalasan atas tindakan serupa oleh AS, yakni memasukkan daftar para pejabat Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin, dalam daftar hitam AS.
Menurut Kremlin, para pejabat tersebut masuk dalam stop list yang melarang mereka masuk Rusia dengan alasan memiliki perlilaku Russofobia.
Selain Biden dan dua menterinya itu ada juga Kepala Staf Gabungan Mark Milley, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, Direktur CIA William Burns, dan Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki yang masuk daftar.
Selain itu ada pula mantan menlu Hillary Clinton serta putra Biden, Hunter, yang memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan energi Ukraina.
Editor : Muri Setiawan