Kebudayaan Babel Terasa Stagnan: Seniman-Budayawan Menuntut Arah Pemajuan yang Jelas dan Keterbukaan
PANGKALPINANG, Lintasbabel.iNews.id - Kebudayaan Bangka Belitung (Babel) terancam stagnasi akibat kurangnya arah pemajuan yang jelas dari pemerintah daerah. Setelah Musyawarah Besar dan pertemuan dengan Komisi X DPR RI, para seniman-budayawan Babel masih menunggu kebijakan yang konkret dari dinas terkait dalam publikasi program 2026.
Iqbal H. Saputra, Ketua Dewan Kesenian Belitung, mengungkapkan kekecewaannya terhadap program-program yang telah dijalankan oleh dinas terkait.
"Setidaknya, sudah 3 tahun belakangan program yang ada hanya itu-itu saja. Kita kepingin berkolaborasi , agar Pemajuan Kebudayaan di Babel tidak sebatas program remeh temeh yang tidak ada juntrungannya? Sebaiknya, kita perlu menghentikan mental tempe seperti itu. Kita semua merindukan program yang pernah digagas oleh orang-orang tua kita dulu, seperti Festival Serumpun Sebalai. Bahkan banyak Seniman-budayawan luar Babel yang menanyakan, kapan akan digelar kembali?!" ujarnya. Iqbal juga menyayangkan berita sebelumnya yang menyebutkan bahwa masih ada oknum dinas yang ngotot hadirnya dewan kebudayaan di Babel, yang menurutnya itu sangat menjijikkan.
Wandasona Alhamd, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bangka, juga memberikan respon serupa, menuntut akselerasi pemajuan kebudayaan yang nyata.
"Kita semua berharap adanya akselerasi Pemajuan Kebudayaan, bukan Pemalsuan Kebudayaan," sebut Wandasona. Ia juga menekankan pentingnya peran dinas terkait dalam menjalankan program-program kebudayaan yang lebih konkret dan bermanfaat bagi masyarakat.
Para seniman-budayawan Babel menuntut pemerintah daerah untuk lebih cerdas dan bijak dalam menyiapkan arah pemajuan kebudayaan. Mereka berharap agar dinas terkait dapat menjalankan program-program yang lebih efektif dan efisien dalam mempromosikan kebudayaan Babel.
"Kita tidak ingin kebudayaan Babel hanya menjadi slogan, kita ingin aksi nyata," tegas Wandasona, yang karyanya turut sumbangsih menghantarkan salah satu seniman Babel menjuarai Indonesia Idol.
Kebudayaan Babel memiliki potensi besar untuk dikembangkan, namun kurangnya dukungan dari pemerintah daerah membuat potensi tersebut tidak dapat dioptimalkan. Para seniman-budayawan Babel berharap agar pemerintah daerah dapat memberikan perhatian yang lebih serius terhadap kebudayaan dan menjalankan program-program yang lebih konkret.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Babel telah dijanjikan untuk menjalankan program-program kebudayaan yang lebih efektif, namun hingga saat ini belum ada kejelasan tentang program-program tersebut. Para seniman-budayawan Babel menuntut Disbudpar Babel untuk lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan program-program kebudayaan.
"Kita ingin tahu apa yang telah dilakukan oleh Disbudpar Babel untuk mempromosikan kebudayaan Babel," kata Wandasona. Ia juga menekankan pentingnya peran serta semua pihak dalam mempromosikan kebudayaan Babel.
"Kita semua harus bersatu untuk membesarkan kebudayaan babel ini tidak cukup hanya para penggerak budaya saja seperti kami, tapi masyarakat juga. Dan aktor paling penting juga yakni Pemerintah Daerah melalui Dinas Urusan Kebudayaan ini. Ayoklah kita bersatu bekerja dengan orientasi pemajuan kebudayaan sesuai amanah undang-undang pemajuan kebudayaan, jangan terbiasa dengan hal yang biasa, tapi biasakan hal yang benar itu bagaimana, kami penggerak budaya ini bicara untuk kepentingan majunya kebudayaan kita bersama, bukan untuk mengkritisi tanpa solusi, kami siap diberdayakan," tambahnya meyakinkan.
Pemerintah daerah harus segera mengambil tindakan konkret untuk mempromosikan kebudayaan Babel. Para seniman-budayawan Babel tidak ingin kebudayaan mereka menjadi terlupakan dan tidak dikenal oleh generasi mendatang. Mereka menuntut pemerintah daerah untuk lebih serius dalam menjalankan program-program kebudayaan dan mempromosikan kebudayaan Babel ke tingkat nasional dan internasional.
Salah satu hasil dari Musyawarah Besar di bulan Oktober lalu, beberapa seniman sepakat mendorong Pangkal Pinang sebagai Market seni-budaya di BaBel. Hal tersebut juga disampaikan ketika kunjungan Komisi X DPR RI kemarin. Oleh karena itu, para seniman-budayawan Babel mendorong agar gedung kesenian atau taman Budaya disegerakan untuk dibangun. Tentu saja disayangkan jika di seperempat abad usia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang gaung pariwisatanya masif, tapi tidak diimbangi fasilitas penunjangnya. Hal tersebut salah satu hal penting dalam pemajuan Kebudayaan.
"Mustinya pemerintah lebih serius dalam menggarap pemajuan kebudayaan, karena selain bertujuan untuk melestarikan seni dan budaya lokal agar tidak punah, hal tersebut juga bisa menjadi modal utama guna menciptakan Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) lokal, sehingga mampu menjadi penarik wisatawan luar daerah," papar Evan Breco, ketua Dewan Kesenian Pangkal Pinang.
"Kami menunggu dan sangat terbuka untuk dijadikan mitra strategis pemerintah, sehingga pemerintah tidak berjalan sendirian," tukasnya via WA.
Sejalan dengan hal tersebut, seniman yang sekaligus budayawan Bangka turut angkat bicara.
"Sudah saatnya kerja secara kolektif, dan berhenti jalan sendiri-sendiri. Sejauh ini, kami masih merasa perhatian dan logika berpikir pemerintah soal kebudayaan tak jalan. Mereka lebih sibuk urusi serimonial dan orkestasi bagaimana mematerisasi pariwisata tanpa berpikir nilai kebudayaan itu sendiri. Pemerintah dalam hal ini dinas terkait, terkesan gamang dan tak paham konsep-konsep faktual yang berkemajuan. Pemajuan kebudayaan akan lebih maksimal, jika pemangku kepentingan paham akan tupoksinya. Karena SDM yang kurang cakap, serta minimnya orang-orang berkompeten, kian memperparah hal tersebut. Selagi SDM ini tidak dibenahi ( _the right man on the right place_ ), maka kemajuan kwbudayaan di Babel hanya jadi mimpi, utopia di tengah gegap gempitanya Pemajuan Kebudayaan itu sendiri," sebut Ichsan Mokoginta.
Beliau juga menambahkan, sudah saatnya adakan reformasi di tubuh dinas. Perlu penyegaran, agar tidak selalu menghasilkan produk kebudayaan yang imitasi dan repetisi saban tahun.
"Sekeras apapun para pegiatnya berjibaku berpartisipasi bangun kebudayaan, tak akan memuarakan hasil jika pemerintahnya (dinas) tak minat dan dungu memahami kebudayaan itu sendiri," tukasnya dengan tegas.
Editor : Muri Setiawan