INDONESIA merupakan negara kepulauan yang sangat luas, demografi yang beragam serta Sumber Daya Alam (SDA) melimpah, tak hayal Indonesia memiliki komponen pertahanan dan keamanan yang haruslah gahar untuk menjaga kekayaan Indonesia tersebut. Lantas sudah sewajarnya Indonesia makin memperkuat diri dalam bidang Militer. Namun untuk memperkuat kekuatan militer Indonesia tidak lah mudah, butuh proses yang lama dan harga yang mahal. Akan tetapi itu semua demi menjaga kedaulatan Indonesia terlebih lagi di tengah konflik yang sedang terjadi.
Konflik yang terdekat dan bisa mengancam wilayah kedaulatan Indonesia ialah ancaman dan gangguan dari Republik Rakyat Tiongkok. Tiongkok saat ini memang sedang agresif memperluas hegemoninya di Laut China Selatan, atas dasar itu lah salah satu alasan Indonesia harus segera memperkuat militernya. Anggaran yang fantastis dinilai sesuai dengan kebutuhan Militer Indonesia. Dalam draf yang meliputi Perencanaan Kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan Kementerian Pertahanan dan TNI untuk Renstra 2020-2024 dikatakan kebutuhan anggarannya mencapai US$ 124,99 miliar atau setara dengan Rp 1.760 triliun (1.7 kuadriliun).
Anggaran sebesar tersebut digunakan untuk belanja militer yang bertujuan melengkapi matra udara, matra darat, dan matra laut Tentara Nasional Indonesia (TNI). Selain belanja militer, kementrian pertahanan Indonesia juga harus menyediakan ruang atau tempat untuk berlatih serta menjadi pangkalan militer Indonesia terutama di daerah terluar Indonesia. Sebagaimana telah di atur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara Pasal 6 huruf (d).
Daftar alutsista yang dibeli di masa jabatan Prabowo Subianto selama menjadi Mentri Pertahanan sangat beragam. Jika dilihat dari matra udara beberapa hasil yang didapat dari berbagai kunjungan Prabowo Subianto selalu Mentri Pertahanan Indonesia, yakni pembelian 6 unit DassaultRafale dari Perancis bahkan Indonesia berencana untuk membeli sekitar 36 unit lagi, Persetujuan Kementrian Luar Negri Amerika Serikat terhadap penjualan F-15 EX ke Indonesia semakin membuka kesempatan Indonesia untuk membeli pesawat tempur canggih tersebut, bahkan yang paling membanggakan ialah titik terang keberhasilan dari pengembangan pesawat tempur strike-fighter KF-21 Boramae kolaborasi antara Indonesia dan Korea Selatan yang rencananya akan melakukan uji coba perdana pada bulan Juli 2022. Untuk matra Laut Indonesia juga menghasilkan beberapa kesepakatan pembelian 6 unit fregat FREMM dan 2 unit fregat bekas kelas Maestrale asal Italia, Indonesia juga sepakat untuk membangun kapal fregat Arrowhead 140 dengan perjanjian lisensi antara PT PAL dengan Babcock Inggris.
selain itu Indonesia juga telah membangun beberapa kapal perang yang sekarang telah secara resmi di serahkan kepada TNI-AL yaitu KRI Wahidin-991 diproduksi oleh PT PAL Indonesia dan KRI Golok-688 buatan PT Lundin Industri Invest, tidak hanya itu tank-boatantasena yang merupakan program bersama dari beberapa perusahaan industri, serta Indonesia saat ini juga melirik fregat Mogamiclass dari Jepang yang berkemungkinan juga dibeli untuk memperkuat matra laut di Indonesia. Dan untuk kekuatan darat nya TNI-AD di perkuat dengan 500 unit Kendaraan Taktis produksi PT Pindad yang telah dipesan oleh Prabowo Subianto.
Jika dilihat kembali daftar belanja militer baik yang sedang berlangsung maupun masih merupakan rencana nampaknyaMenhan Prabowo lebih memfokuskan memperkuat matra laut dan udara. Wajar jika itu terjadi, ini dikarenakan kekuatan udara dan laut Indonesia cukup tertinggal dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Thailand dan Singapura. Selain itu pencegahan terhadap ekskalasi konflik yang lebih luas itu dibutuhkan armada yang berkualitas, status quo yang terjadi sekarang seperti banyaknya pelanggaran kedaulatan perairan di Indonesia oleh coastguard China dan kapal nelayan asing memang diperlukan kapal-kapal perang yang bagus. Tak hanya itu, menurut pendapat para pengamat bahwa memang kedepannya manusia akan lebih mengandalkan senjata tanpa awak seperti drone canggih, dan perang udara sangat menentukan oleh karena itu dibutuhkan pesawat tempur yang benar-benar canggih.
Jadi tidak heran apabila anggaran pertahanan merupakan salah satu anggaran terbesar di Indonesia. Hal itu sejalan dengan mahalnya alutsista baik yang dibeli maupun yang dikembangkan di dalam negri. Persiapan kekuatan militer memang harus sedini mungkin melihat konflik yang sedang terjadi makin menampakan potensi yang membawa umat manusia kedalam perang Dunia 3. Memang secara yuridis salah satu tujuan Indonesia tertera pada Alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi "melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial."
Tetapi Indonesia juga tidak harus diam saja ketika ancaman terhadap kedaulatan negara semakin menjadi, langkah tegas untuk mempertahankan wilayah Indonesia salah satunya dengan memperkuat kekuatan militer merupakan langkah yang tepat. Oleh sebab itu, Indonesia harus semakin memperkuat diri dan tetap menjaga stabilitas internasional. **)
**) Artikel dari Muhammad Khalid Khan, Mahasiswa Fakultas Hukum UBB
Editor : Muri Setiawan