Pilkada Ulang Pangkalpinang 2025, Simbol Runtuhnya Supremasi dan Kepercayaan Diri Parpol

OPINI: Joko Setyawanto, Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pengda Bangka Belitung
PANGKALPINANG,Lintasbabel.inews.id - Dari 514 kabupaten-kota dan 38 provinsi yang menyelenggarakan Pilkada Serentak 2024 silam, hanya Kota Pangkalpinang
dan Kabupaten Bangka yang harus menggelar Pilkada Ulang 2025. Menariknya, kedua wilayah ini berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
Dikancah perpolitikan nasional, Babel mungkin cuma daerah kecil yang boleh dikatakan selalu diabaikan. Dengan DPT (Daftar Pemilih Tetap) pada Pemilu 2024 yang hanya 1.084.989 suara, jelas tidak terlalu signifikan mempengaruhi hasil pesta demokrasi.
Tapi jangan salah, Babel punya cara tersendiri mencuri perhatian mata politik dalam negeri. Dua wilayah sentral kemasyarakatannya, yaitu Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka, telah memukul telak wajah sistem demokrasi dan partai politik secara bebarengan.
Kotak Kosong tampil dominan dan memaksa para elit partai politik untuk kehilangan kepercayaan terhadap kader dan sistem yang selama ini menghegemoni masyarakat Indonesia.
Gejala panas dalam partai politik ini mulai muncul ke permukaan. Di Kota Pangkalpinang, saat ini mulai mengerucut nama-nama bakal calon Walikota dan Wakil Walikota.
Ada pasangan independen Eka Mulya Putra dan Radmida Dawam yang memilih maju mendaftarkan diri dengan mengumpulkan dukungan masyarakat dan mengabaikan keberadaan parpol.
Kemudian ada Golkar dan Nasdem yang tiba-tiba bermanuver mencalonkan dua politisi partai tetangga. Ada Basit Cinda, pengusaha reklame sukses yang baru saja meng-Gerindra-kan diri akan berpasangan dengan Ustad Dede Purnama, seorang kader PKS (Partai Keadilan Sejahtera).
Anehnya, meski baru saja berlabuh ke Gerindra, Basit Cinda justru tidak diusung olrh partai besutan Presiden Prabowo Subianto ini.
Lalu ada Maulan Aklil alias Molen, biang kerok terjadinya Pilwako Ulang, karena pada Pilkada Serentak 2024, Pasangan Molen - Hakim dikalahkan oleh Kotak Kosong.
PDIP yang semula merupakan partai penyokong Molen menolak untuk mengusung kembali incumbent yang terbukti tidak diinginkan masyarakat Pangkalpinang.
Dibuang PDIP, Molen dipungut oleh Gerindra dan dipasangkan dengan anggota DPRD Babel Jaki Yamani untuk kembali mencoba peruntungan di Pilkada Ulang 27 Agustus 2025.
PDIP justru mengusung Prof. Saparudin, bukan kader murni, namun seorang akademisi yang baru belakangan merapat ke PDI-P akan berpasang Dessy Ayutrisna, anggota DPRD Pangkalpinang 2024-2029 dari Fraksi PDIP.. Belakangan paslon ini mendapat dukungan dari PKB juga.
Ada juga paslon ke-empat , dimana Ketua DPW Perindo Babel, Hermanto Phoeng alias Aliong sudah menyatakan akan ikut meramaikan kontestasi ini berpasangan dengan ketua Bapilu Partai Demokrat, Firmandyah.
Poros PAN-PPP-PBB masih sangat dimungkinkan untuk mengusung paslon kelima. Sejumlah nama seperti Ust. Jaffar Sidiq dan Achmad Dedy Karnadi alias Budi RRI, M Hakim, Adi Sarpio yang sejak awal ramai disebut-sebut akan tampil di Pilwako Ulang ini, bisa jadi akan ada yang bersanding maju mencalonkan diri.
Setidaknya akan ada 6 hingga 7 paslon yang akan bertarung memperebutkan kursi Walikota Pangkalpinang. Fenomena ini menyuguhkan ada banyak pilihan untuk masyarakat pemilih.
Menariknya, partai-partai politik seakan kehilangan kepercayaan diri dan seakan tidak menaruh kepercayaan terhadap sistem pengkaderan yang selama ini menjelma menjadi hegemonitas.
Partai seperti ogah mengusung kader murninya, termasuk partai-partai besar sekaliber Golkar, PDIP, PPP, Gerindra, dan Demokrat.
Pemufakatan besar para parpol yang dulu dibangun Maulan Aklil alias Molen -M. Hakim selaku petahana, dipermalukan dan kalah oleh suara masyarakat.
Meski ada banyak dalih untuk mengalibikannya, namun fenomena Pilkada Ulang Pangkalpinang ini cukup istimewa mengingat gejala runtuhnya supremasi partai politik didalam suksesi kepemimpinan ternyata tidak langgeng. Pada akhirnya rakyat yang ketika mencapai titik kesdarannya, akan menjadi tuan atas demokrasi. Vox Populie Vox Dei, Suara Rakyat Suara Tuhan.
Editor : Agus Wahyu Suprihartanto