get app
inews
Aa Text
Read Next : Menanti Janji Gubernur dan Bupati Baru

Memutar Arah Investasi Kesehatan, Dari Pengobatan ke Perilaku

Selasa, 20 Mei 2025 | 13:02 WIB
header img
Chairul Aprizal,SKM. Foto : Istimewa

PANGKALPINANG-Lintasbabel.iNews.id - Pemerintahan saat ini sadar kalau pembiayaan kesehatan yang setiap tahunnya dikeluarkan jumlahnya sangat besar bahkan menjadi salah satu beban signifikan APBN Indonesia. Pada tahun 2024 anggaran untuk sektor kesehatan naik 8,1% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,6% dari APBN (sehatnegeriku.kemkes.go.id, 15 Mei 2025). 

Meskipun begitu anggaran ini juga dialokasikan untuk transformasi sistem kesehatan dan pengefektifan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 

Diantara komponen utama pembiayaan kesehatan dalam APBN adalah program JKN untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI). Untuk membiayai masyarakat miskin dan kurang mampu lewat program PBI melalui APBN sebesar Rp.45,5 triliun. 

Tidak hanya itu, untuk menjamin kesehatan masyarakat BPJS juga mengalami peningkatan beban mulai dari tahun 2022 sebesar Rp.113,4 triliun naik pada tahun 2023 menjadi sebesar Rp.158,8 triliun. 

Sekarang ini pemerintah sedang konsentrasi pada efisiensi (penghematan) anggaran seramping mungkin. Dengan menengok sekilas bahwa arah investasi kesehatan yang selama ini diarungi cukup membebani APBN, apakah sudah saatnya pemerintah memutar kemudi untuk mengganti arah atau tetap terus melanjutkan arah investasi yang sudah dilakukan selama ini ? 

Triliunan rupiah yang dikuras setiap tahunnya untuk membiayai pengobatan masyarakat melalui program JKN ini diperuntukkan menangani pengobatan penyakit yang seharusnya dapat dicegah dan dikendalikan. Penyakit-penyakit seperti diabetes, hipertensi, stroke, gagal ginjal, hingga kanker. Penyakit-penyakit ini adalah penyakit tidak menular dengan tingkat kematian tertinggi saat ini dibandingkan penyakit menular. 

Penyakit tidak menular yang seharusnya dapat dicegah inilah membebani anggaran JKN dan BPJS Kesehatan Nasional. 

Ironisnya alokasi dana yang berorientasi kepada prinsip promotif, dan preventif belum optimal diakomodir dan hanya sebagai pelengkap. Seperti yang dinyatakan World Health Organization (WHO) berkaitan dengan Return Of Investment Promosi Kesehatan "Satu rupiah yang diinvestasikan untuk promosi kesehatan dapat menghemat anggaran berkali-kali lipat pembiayaan pengobatan". 

Investasi pada promosi kesehatan tidak hanya menurunkan biaya pengobatan di masa depan, tetapi juga meningkatkan produktifitas karena masyarakat lebih sehat dan jarang sakit. 

Dan banyak studi lainnya yang membenarkan bahwa promosi kesehatan seperti mengubah gaya hidup sehat jauh lebih baik daripada pengobatan. 

Lebih dari 70% anggaran BPJS Kesehatan terkuras untuk pengobatan (kuratif), padahal banyak penyakit kronis yang dapat dicegah dengan edukasi dan mengubah gaya hidup.  

Kalau pemerintah berencana mentransformasikan sistem kesehatan nasional saat ini, barangkali ini saatnya pemerintah memutar kemudi kearah investasi kesehatan dari fokus pengobatan menuju kearah baru yang fokus pada promosi kesehatan dan membangun perilaku hidup sehat masyarakat.

Saat ini persepsi kita pada sektor kesehatan masih menganggap kalau promosi kesehatan adalah kampanye atau penyuluhan sesekali. Sehingga kemungkinan menjadikan promosi kesehatan sebagai sesuatu yang sepele. 

Promosi kesehatan sesungguhnya adalah pendekatan yang sistematis. Memegang teguh prinsip pemberdayaan individu dan komunitas sehingga mampu mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya sendiri. 

Dalam hal promosi kesehatan memiliki tiga pilar penting yakni, edukasi kesehatan, perubahan perilaku, dan menciptakan lingkungan yang mendukung hidup sehat.

"The process of enabling people to increase control over, and to improve, their health" (Piagam Otawa untuk promosi kesehatan dari WHO pada tahun 1986). 

Sebagian besar penyakit berakar dari perilaku. Yang seharusnya dapat dicegah dengan Strategi Promosi Kesehatan seperti, merokok konsumsi makanan tidak sehat, dan kurang aktifitas fisik yang menjadi faktor  resiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes.  

Kurangnya sanitasi dan rajin cuci tangan yang menjadi faktor resiko penyakit diare, dan infeksi saluran pernapasan. Kurangnya pengetahuan tentang kehamilan dan pola asuh anak menjadi faktor penyebab stunting dan kematian ibu/anak. 

Melihat akar masalahnya adalah perilaku maka solusinya adalah intervensi jangka panjang tidak semata-mata pengobatan (intervensi jangka pendek). 

Solusi dari promosi yang terencana dan berkelanjutan mulai dari individu, keluarga, komunitas, hingga sekolah perlu dilakukan. Realitanya promosi kesehatan terpinggirkan, hanya menjadi pelengkap dan menebeng saja disetiap program-program kesehatan yang lainnya bukan sebagai ujung tombak. 

Promosi kesehatan masih terkendala kurang dukungan anggaran, kurang dilibatkan dalam perencanaan program, dan kurang SDM terlatih yang seharusnya dapat mengefisiensi paling optimal untuk sistem kesehatan. 

- Investasi Hemat, Efek Optimal : Promotif vs Kuratif (Pengobatan)

Berbagai sumber dari lembaga internasional telah mengupas perbandingan pembiayaan kesehatan yang berorientasi kepada promosi kesehatan lebih kecil daripada pengobatan. Penyakit-penyakit katastropik seperti jantung, gagal ginjal kronis, stroke, dan kanker berkontribusi hampir 25% menguras biaya pelayanan kesehatan JKN. 

Sedangkan biaya promosi kesehatan seperti penyuluhan, pelatihan kader, dan media komunikasi masih terbatas. Di beberapa pemerintah daerah bahkan promosi kesehatan hanya diberikan jatah 2-3% dari Dinas Kesehatan.

Berdasarkan fakta dari negara tetangga terbukti promosi kesehatan dapat mengurangi perilaku merokok. Seperti Thailand dengan strategi promosi kesehatan  dalam mengendalikan tembakau. 

Thailand memberlakukan pengenaan cukai sebesar 2% yang dialokasikan untuk promosi kesehatan. Alhasil, prevalensi perokok dari 30% menurun kurang dari 20% dalam dua dekade terakhir sehingga menghemat miliyaran uang Thailand dalam biaya pengobatan penyakit yang disebabkan rokok. 

-Promosi Kesehatan Sebagai Anak Tiri Sistem Kesehatan.

Sejauh dukungan yang masih lemah untuk promosi kesehatan yang masih menjadi anak tiri dalam Sistem kesehatan nasional maka pembiayaan kesehatan akan terus membengkak. 

Promosi kesehatan yang belum menjadi komponen utama untuk pelayanan kesehatan akan membuat investasi kesehatan tidak efektif dan tidak efisien. Ada 3 pilar dalam promosi kesehatan yang tidak berdiri kokoh.

Masalah struktural pertama, rendahnya alokasi anggaran. Beberapa studi membuktikan misalnya, Riset Pembiayaan Kesehatan (RPK) 2015 menemukan rata-rata  biaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di puskesmas kurang dari 10% melalui sumber anggaran BOK dan PAD yang bervariasi. 

Kemudian dikutip dari laporan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan salah satunya Kabupaten Banyumas tahun 2023 mencatat perlu adanya peningkatan anggaran dan pemanfaatan pada seksi promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Begitu pula yang terjadi pada Dinas Kesehatan pada beberapa daerah lainnya. 

Masalah kedua minimnya SDM terlatih yang kompeten dan fokus di bidang promosi kesehatan. Pada ujung tombak pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas masih ditemukan tenaga promosi kesehatan hanya ada 1 atau 2 petugas saja tidak sebanding dengan menangani wilayah kerjanya yang cukup luas untuk dijangkau dengan berbagai program. 

Begitu juga dengan masyarakat yang diberdayakan menjadi kader kesehatan yang seharusnya dapat mendukung upaya promosi kesehatan sebagai jembatan pelayanan primer kepada masyarakat. Kader kesehatan masih bergantungan dengan fasilitas dan insentif yang minim serta kurangnya pelatihan kompetensi. 

Masalah ketiga kedudukan promosi kesehatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam kesehatan yang lemah. 

Di banyak tempat promosi kesehatan hanya menjadi pelengkap program, bukan sebagai bagian tim inti dalam mengambil kebijakan dan perencana strategis. 

Sehingga membuat pendekatan promotif dan preventif sering tidak masuk dalam prioritas dalam pembangunan kesehatan masyarakat. 

Faktanya, kegiatan posyandu, penyuluhan seperti gizi, kampanye sanitasi yang berlangsung rutin ini miskin inovasi karena terbatasnya dukungan media, pelatihan, dan operasional. 

Program Nasional seperti aksi bergizi, germas, dan cegah stunting hanya berjalan ditempat (kampanye seremonial) tanpa penguatan perilaku yang konsisten ditingkat keluarga dan komunitas. 

Apabila promosi kesehatan mendapatkan dukungan serius mampu menjangkau akar permasalahan : pola pikir, kebiasaan, dan budaya masyarakat. 

-Berkaca dari Promosi Kesehatan yang telah Berhasil

Promosi Kesehatan sebenarnya sudah terbukti sebagai ujung tombak yang paling tajam dalam pembangunan kesehatan. Promosi Kesehatan tidak selalu harus menjadi porsi yang "lunak" bisa dipotong. 

Sudah banyak bukti nyata yang bisa menjadi pelajaran kalau promosi kesehatan yang didukung serius dapat mendukung keberhasilan sistem kesehatan. 

Salah satu program Gempur Stunting di Sumedang yang berkonsentrasi pada promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. 

Gempur Stunting dilakukan melalui pendekatan edukasi dan komunikasi yang intensif kepada sasaran (ibu hamil dan keluarga) sehingga mampu menurunkan angka stunting. 

Intervensi promotif yang terencana berhasil memberikan dampak besar dalam relatif yang singkat (Jurnal Universitas Pancasila). 

Program 3M dalam penurunan signifikan kasus DBD di Jogja dengan prinsip promosi kesehatan telah terbukti berhasil. Program ini dengan penguatan edukasi 3M plus dan pelibatan kader secara aktif serta sekolah, sehingga angka kasus DBD turun lebih dari 50% dalam dua tahun. 

Wujud konkret apabila  komunikasi resiko dikelola dengan baik dan konsisten dapat mencapai perubahan perilaku kolektif. 

Selain bukti negara tetangga seperti Thailand yang berhasil menurunkan prevalensi merokok lewat pengenaan cukai. 

Ada juga negara seperti Rwanda yang menempatkan promotor kesehatan komunitas sebagai motor penggerak. 

Berlatarbelakang negara dengan sumberdaya terbatas, Rwanda membuktikan dengan menempatkan promosi kesehatan di garda terdepan mampu menurunkan angka kematian ibu dan anak. 

Strategi yang diterapkannya melatih dan memberdayakan sekitar 45.000 community health worker untuk memberikan edukasi, kunjungan rumah, serta pelayanan dasar preventif. 

Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir kasus kematian ibu dan anak menjadi turun drastis berkat edukasi dan perubahan perilaku bukan hanya intervensi medis. 

-Memutar Arah : Promosi Kesehatan Sebagai Ujung Tombak Investasi 

Membangun kesehatan yang berkelanjutan, tangguh, dan berorientasi pada pencegahan maka perlu menjadikan promosi kesehatan sebagai prioritas dalam mengambil kebijakan. 

Beragam regulasi yang menjadi dasar pentingnya promosi kesehatan mulai dari Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Perpres Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional, hingga RPJMN. 

Namun implementasinya lemah belum menjadi roh yang utuh dalam perencanaan dan pembangunan. Yang jelas pertama meningkatkan proporsi anggaran promosi kesehatan minimal 10-15% baik APBN, APBD, atau DAK Kesehatan. 

Alokasi ini dilakukan dengan pendekatan edukasi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, komunikasi perubahan perilaku, dan peningkatan kapasitas kader/keluarga/komunitas. 

Menguatkan kedudukan promosi kesehatan dalam struktural di fasilitas pelayanan kesehatan. Termasuk melibatkan promosi kesehatan dalam perencanaan kebijakan dan program lintas sektor. 

Juga mendorong lintas sektor dan lintas media agar menyebarluaskan pesan-pesan perubahan perilaku tidak hanya ada di puskesmas atau kampanye kesehatan tapi merasuk dalam budaya masyarakat. 

Dalam strategi promosi kesehatan menggunakan pendekatan berbasis data dan bukti sesuai masalah lokal yang nyata dan dievaluasi secara bersama baik internal maupun lintas sektor melalui musyawarah masyarakat Desa dan sebaiknya. 

Serta melibatkan komunitas secara aktif dalam merencanakan, melaksanakan, sampai mengevaluasi agar persoalan kesehatan menjadi masalah bersama bukan sepihak. 

Negara yang besar tidak diukur dari seberapa banyak rumah sakit yang dibangun. Tapi dari seberapa sedikit rakyatnya yang jatuh sakit. 

Sudah saatnya kita menghadap arah yang tepat untuk berinvestasi. Bukan untuk melihat hasil hari ini, tapi menyelamatkan masa depan :promosi kesehatan. 

Editor : Muri Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut