get app
inews
Aa Text
Read Next : Tingkatkan Kualitas Pelayanan, Diskominfo Babel Konsultasi Bersama Publik

Peran Strategis Media dalam Mengawal Pilkada 2024

Sabtu, 23 Maret 2024 | 22:06 WIB
header img
Konsolidasi Media dalam Rangka Penguatan Pemberitaan pada Tahapan Pemilihan Serentak Tahun 2024, di Esenbis Cafe and Resto, Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Babel, Sabtu (23/3/2024). Foto: Lintasbabel.iNews.id/ Muri Setiawan.

PANGKALPINANG, Lintasbabel.iNews.id - Media massa memiliki peran strategis terhadap situasi dan iklim demokrasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Pilihan politik pemilih salan satunya juga ditentukan dari publikasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh media massa.

Hal ini diungkapkan oleh Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Hubungan Masyarakat Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Sahirin, dalam kegiatan Konsolidasi Media dalam Rangka Penguatan Pemberitaan pada Tahapan Pemilihan Serentak Tahun 2024 oleh Bawaslu RI, di Esenbis Cafe and Resto, Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah (Bateng), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Sabtu (23/3/2024). 

"Bawaslu tidak bisa menjangkau seluruh stakeholder strategis dan masyarakat. Namun secara kelembagaan kita sudah melakukan konsolidasi secara internal dan bersama media massa terkait Pemilu 2024. Peran suatu media adalah mampu membentuk passion dan reason masyarakat untuk menjatuhkan pilihannya dalam pemilihan serentak November 2024 mendatang, karena banyak isu-isu yang berkembang di daerah terkait pilkada," katanya.

Ketua Bawaslu Babel, EM Osykar menambahkan bahwa media massa memiliki indpendensi yang tinggi mengawal demokrasi di daerah.

"Berkaca dari pemilu kemarin, kita banyak mendapat support dari media berkenaan dengan pengawasan partisipatif, dalam hal pencegahan pelanggaran-pelanggaran. Harapannya kerjasama Bawaslu dan media tetap berlanjut di pilkada kedepan, agar memberikan pendidikan politik kepada masyarakat," kata Osykar.

Kegiatan konsolidasi kali ini menghadirkan 2 narasumber, yakni Pemimpin Redaksi MNC Trijaya Network, Gaib M Sigit dan Ketua AJI Kota Pangkalpinang, Barliyanto.

Gaib dalam paparannya menyinggung jika media saat ini berselancar di atas ombak pemilu dan pilkada. Dia membandingkan media massa (mainstream) dengan media sosial yang keduanya memberikan dampak sangat besar bagi demokrasi di Indonesia.

"Kehidupan dari media massa gelap, berbeda dengan media sosial (medsos) yang bisa menghidupi dirinya sendiri. Media mainstream melalui tahapan-tahapan yang harus menjunjung tinggi etika, kode etik, keberimbangan, dan memperhatikan dampak bagi lingkungan. Di sisi lain, media juga harus memikirkan bagaimana bisa hidup, baik itu dari iklan, kerjasama, dan lain sebagainya. Peran ini yang tidak ada di medsos, tidak ada kroscek terkait isu-isu politik, tapi para kandidat lebih percaya kepada medsos, dimana 70 persen anggaran kampanye dihabiskan untuk pada influencer dan youtuber," ujar Gaib.

Karena itu, dia berharap pemerintah daerah, dan penyelenggara pemilu memberikan perhatian serius kepada media massa.

"Seharusnya pemda, KPU, Bawaslu punya perhatian lebih kepada media. Karena tanggung jawab terbesar jurnalis adalah hati nuraninya, dan itu adalah tolak ukur independensi media. Tapi jika sudah dihadapkan dengan income yang minim, maka ini menjadi dilema tersendiri," katanya.

Sementara, Ketua AJI Kota Pangkalpinang, Barliyanto menyoroti persoalan etika dalam peliputan agenda politik seperti pemilu. Menurutnya, identitas media adalah kepercayaan.

"Di media, ruhnya adalah trust (kepercayaan). Bagaimana kita mampu menjaga kepercayaann publik saat ini kepada media, yang tidak berpihak kepada kandidat tertentu, itu yang menjadi perhatian kita," ujar Barli.

Namun, kata dia, belakangan ini para jurnalis sulit membedakan fungsinya dalam rangka tersebut, lantaran terkadang produk jurnalistik yang dibuat kerap tercambur dengan opini subjektif wartawan.

"Antara produk jurnalistik, berita kadang terdapat opini di dalamnya. Ini yang harus dihindari, terlebih jika wartawan itu terlibat aktif atau memiliki hubungan khusus dengan kandidat dan parpol, maka akan mempengaruhi berita yang dihasilkan, yang tidak independen lagi. Belum lagi soal pemasukan untuk menghidupi media itu sendiri, kalau kami di AJI ada istilah pagar api, antara editorial dan advertorial itu tipis sekali jaraknya, kalau tidak hati-hati maka akan terbakar," kata Barli.

Sejumlah wartawan dan pegiat pemilu independen yang hadir dalam kegiatan ini, ikut memberikan kritikan terkait penyelenggaraan pemilu di Babel, dan media massa di daerah masih memiliki marwah mengawal suksesi pilkada 2024 nanti.

 

Editor : Muri Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut