JAKARTA, Lintasbabel.iNews.id - Direktur Eksekutif Jaringan Moderate Indonesia, Islah Bahrawi mempertanyakan keputusan pemerintah untuk membawa janji kampanye Prabowo-Gibran kedalam rapat kabinet. Padahal program makan siang gratis tersebut tidak ada keterkaitannya dengan pemerintah yang saat ini masih menjabat hingga Oktober 2024.
Diketahui bersama, pada Senin, 26 Februari 2024, presiden Joko Widodo menggelar rapat kabinet paripurna yang menghasilkan keputusan untuk memasukkan program kampanye paslon 02 Prabowo-Gibran berupa program makan siang gratis kedalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP), serta kerangka ekononi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM-PPKF) 2025.
Keputusan ini dinilai aneh oleh Direktur Eksekutif Jaringan Moderate Indonesia, Islah Bahrawi. Pasalnya, janji atau program kampanye pilpres berupa makan siang gratis ini semestinya direncanakan dan dijalankan oleh paslon pemenang pemilu, bukan oleh presiden yang saat ini menjabat.
Hal ini disampaikan oleh Islah Bahrawi saat diundang menjadi narasumber perbincangan di Kompas TV beberapa hari yang lalu. Menurut Bahrawi seharusnya pemerintah yang sedang berkuasa tidak perlu mengakomodir program atau janji kampanye suksesornya.
Ditegaskan Islah Bahrawi, kondisi keuangan negara yang tahun 2023 saja mengalami defisit sebesar 347 Trilyun seharusnya tidak dibebani dulu dengan program yang diperkirakan akan menyedot APBN sebesar 100 hingga 120 Trilyun Rupiah per tahun ini.
"Kalo kita berbicara tentang program makan siang gratis ini kita berbicara soal anggaran sebenarnya. Yang membuat saya heran juga kenapa harus dibahan oleh pemerintahan hari ini, sementara kita tahu APBN 2023 mengalami defisit dan anggaran untuk tahun ini sedang berjalan dan kita tidak tahu kedepan itu akan sepetti apa anggaran kita, apakah kita mengalami defisit juga seperti tahun 2023 kemaren. Tapi yang menjadi satu point terpenting dari saya adalah bagaimanapun program makan siang gratis ini adalah program Prabowo-Gibran yang mengherankan buat saya, mengapa Jokowi seolah-olah ingin mengambil panggung itu, seolah-olah program ini adalah bagian dati legacynya Jokowi." kata Islah Bahrawi.
Editor : Muri Setiawan