"Tempat komandan selalu ada di unsur penyerbu. Tapi saya pernah dengar dari rekan-rekan saya, pernah terjadi komandan-komandan dari drill tersebut perintahkan adalah untuk anak buahnya melakukan serbuan dan dia menjaga ransel," tuturnya.
Prabowo pun geram dengan cerita seperti itu. Menurutnya, tidak masuk akal ketika bintara peleton diminta menyerbu, sementara komandan malah jaga ransel di belakang.
"Menurut pendapat saya, ini sangat memalukan. Komandan peleton, lulusan Akademi Militer, sebetulnya adalah pribadi gagah, harapan seluruh bangsa yang dikagumi siapa pun. Kalau ternyata hanya menjaga ransel, menurut saya ini tindakan yang sangat memalukan," ucapnya.
Cerita itu bukan satu-satunya kejadian buruk bagi komandan TNI yang bertugas di lapangan. Pernah pula Prabowo mengetahui seorang komandan TNI tidak mau bertempur. Dia justru menyuruh wakilnya merebut sebuah bukit yang dikuasai musuh.
Ketika wakil komandan dan pasukannya terlibat baku tembak, pemimpin pasukan itu malah sedang santai. Saat anak buahnya berhasil merebut daerah yang dikuasai musuh, dia baru tampil ke depan. Kepemimpinan model ini pun sangat disesalkan Prabowo.
Prabowo menegaskan, tidak ada maksud menceritakan keburukan-keburukan yang terjadi di lapangan. Putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini menuturkan, sengaja dia menuliskan kisah tersebut agar menjadi pelajaran bagi calon-calon pemimpin, supaya tidak melakukan hal-hal kurang baik tersebut.
Editor : Muri Setiawan