get app
inews
Aa Read Next : Fenomena Suara Sama di Pileg Kota Pangkalpinang, Akademisi UBB: Diatur di PKPU Nomor 6 Tahun 2024

Kenakalan Remaja dari Perspektif Keluarga

Kamis, 14 Desember 2023 | 11:56 WIB
header img
Al Muhajji Akbar, S.Sos., Alumnus Sosiologi FISIP UBB, Staf AAK FISIP UBB. Foto: Dokumen Pribadi.

MASA remaja adalah fase pertumbuhan seseorang menuju dewasa. Masa remaja adalah periode perkembangan manusia yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Selama masa remaja, individu menghadapi berbagai tantangan dan tugas perkembangan, seperti pencarian jati diri, pengembangan hubungan sosial dan belajar menjadi pribadi yang mandiri. 

Masa remaja dapat menjadi periode yang menantang, baik bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang tua dan pendidik. Dukungan emosional, pendidikan seksual yang memadai, komunikasi terbuka antara orang tua dan anak, dan pemahaman terhadap perubahan fisik dan emosional yang normal dapat membantu memudahkan perjalanan melalui masa remaja. Pada fase ini sebagai seorang individu, terkesan akan mencoba suatu hal-hal yang baru, dan tidak jarang hal-hal seperti itu dapat disebut sebagai sebuah kenakalan remaja.

Kenakalan remaja adalah perilaku negatif atau tindakan tidak patut yang biasanya dilakukan oleh individu remaja. Beberapa bentuk kenakalan remaja termasuk tindakan kriminal, konsumsi narkoba, perilaku seksual yang tidak sehat, pelanggaran aturan sekolah, dan berbagai bentuk tindakan yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain.

Terkait dengan konteks pembahasan tersebut, maka secara tidak langsung juga bersinggungan mengenai masalah pola asuh orang tua. Jika pola asuh yang diberikan keluarga baik, maka sumber daya manusia yang dihasilkan akan berimbas baik pula. Sedangkan jika pola asuh yang diberikan oleh setiap keluarga dinilai kurang baik, maka akan menghasilkan kualitas sumber daya manusia kurang baik pula, yaitu sumber daya manusia yang kerap terlibat kedalam penyimpangan-penyimpangan sosial.

Orang tua memiliki peran dalam mengawasi, menerapkan disiplin, selalu memberikan perhatian, dan memberikan contoh yang baik kepada para anak-anaknya. Peran tersebut sangat dibutuhkan agar anak-anak tidak mudah terpengaruh dari lingkungan luar atau sekitarnya untuk menciptakan perilaku yang menyimpang, khususnya yang dapat merugikan orang lain. Orang tua yang baik seharusnya adalah orang tua yang selalu memberikan pola asuh yang terbaik pula kepada anak-anak mereka. Jika pola asuh yang diberikan keluarga baik, maka sumber daya manusia yang dihasilkan akan berimbas baik pula. 

Sedangkan jika pola asuh yang diberikan oleh setiap keluarga dinilai kurang baik, maka akan menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang kurang baik pula, yaitu menghasilkan sumber daya manusia yang kerap terlibat kedalam penyimpangan-penyimpangan sosial atau yang mencerminkan perilaku menyimpang (kenakalan remaja).

Orang tua yang baik seharusnya adalah orang tua yang dapat meluangkan waktu di sela-sela kesibukan mereka. Meskipun dalam kondisi sesibuk apapun, orang tua selalu diharapkan untuk dapat memantau perkembangan dan keadaan anak baik itu melalui alat komunikasi seperti via telepon, atau bisa saja bertemu dengan bertatap muka langsung kepada anak. Ketika orang tua sedang meluangkan waktu kepada anaknya, orang tua harus mengkonsentrasikan pikiran dan perhatiannya terhadap anak.  Orang tua seharusnya mampu menjadi pendengar yang baik, orang tua hendaknya menjadi tempat bercerita bagi seorang anak. Pada dasarnya orang tua memang  memiliki peranan yang sangat kuat untuk menjalankan fungsi-fungsi penting tersebut.

Sebagai orang tua yang baik harusnya dapat bersikap tegas demi anaknya dengan menanamkan kedisiplinan terhadap sang anak. Jangan sesekali orang tua  menggantikan waktu dan kasih sayang terhadap anak dengan materi. Sesibuk apapun orang tua, jangan pernah menggantikan waktu dan kasih sayang yang seharusnya tercurahkan kepada anak digantikan dengan uang. Selain itu sesibuk apapun orang tua, mereka harus dapat mengawasi anaknya agar sang anak tidak terjerumus ke hal-hal yang bersifat negatif.

Jangan pernah menggunakan hukuman kepada anak jika para orang tua sendiri pun belum bisa mengotrol diri sendiri. Jadikan hukuman sebagai alat untuk mendidik seorang anak ke arah yang lebih baik lagi bukan untuk melampiaskan sebuah kemarahan. Orang tua harus mampu memberikan teladan yang baik bagi seorang anak. 

Jadi dengan demikian dapat disadari bahwa betapa pentingnya peranan keluarga sebagai peletak dasar pola pembentukan kepribadian seorang anak agar si anak tidak mudah terjebak kedalam perilaku menyimpang khususnya yang menyangkut tindakan kenakalan remaja. **)


**) Al Muhajji Akbar, S.Sos. (Alumnus Sosiologi FISIP UBB, Staf AAK FISIP UBB)

 

Editor : Muri Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut