GAZA, Lintasbabel.iNews.id - Rumah Sakit Al-Ahli Arabi Baptist mendadak populer setelah sebuah serangan roket dikabarkan menghantam RS tertua di kota Gaza itu pada Selasa Malam, 17 Oktober 2023. Ledakan terjadi di areal halaman yang sedang dibanjiri pengungsi. Akibatnya 500 orang meninggal dunia.
Dilansir dari Wikipedia.com, RS Al-Ahli Arabi Baptist berdiri pada tahun 1882 sehingga dianggap sebagai RS tertua di Gaza, Palestina. Merupakan RS yang berkantor pusat di kawasan Zeitoun, selatan kota Gaza, dan dikelola oleh Gereja Episkopal yang berpusat di Yerusalem.
Secara harafiah, nama RS Al-Ahli Arabi dapat diartikan sebagai Rumah Sakit Rakyat Arab. Didirikan oleh Church Mission Society of the Church of England dan beroperasi sejak 1882.
Pada tahun 1954 hingga 1982, dikelola oleh Misi Medis Gereja Baptis Selatan sehingga kemudian dikenal dengan sebutan RS Baptis.
Gereja Episkopal di Yerusalem mulai menjalankan pengelolaan RS ini sejak tahun1980 dengan dukungan Badan Amal Internasional seperti Embrace the Middle East.
Sejak Israel mendeklarasikan perang terhadap milisi Hamas pada 8 Oktober 2023, tercatat 3 ledakan roket nyasar telah menghantam RS ini.
Pada tanggal 10 Oktober 2023, rumah direktur medis, Dr. Maher Ayyad beserta rumah 3 staff RS dihantam roket sehingga kehilangan rumah mereka.
Kemudian pada 14 Oktober 2023, ledakan roket juga terjadi di pusat pengobatan kanker. Ledakan yang terjadi pada pukul 19.30 waktu setempat itu membuat Pusat Perawatan Kanker Diagnostik, dua lantai atas yaitu bagian mamografi dan USG mengalami kerusakan dan empat orang pegawai RS mengalami luka.
Tiga hari berselang, pada Selasa malam, 17 Oktober 2023, terjadi ledakan rudal di halaman yang tengah menampung ribuan pengungsi akibat perang. Ledakan ini mengakibatkan 200 - 500 orang yang sebagian besar merupakan pengungsi tewas.
Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan ledakan terjadi akibat serangan udara pasukan Israel. Sementara angkatan bersenjata Israel berbalik menuding Hamas telah merancang pengeboman itu untuk menarik simpati netizen maupun warga dunia, sebagai bagian dari perang mis informasi.
Editor : Muri Setiawan