JAKARTA, lintasbabel.id - Berkembangnya bank digital semakin memacu pertumbuhan ekonomi digital di Tanah Air. Indonesia diproyeksikan menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar se-Asia Tenggara.
"Indonesia diproyeksikan menjadi negara dengan ekonomi digital nomor satu di Asia Tenggara di tahun 2025. Dengan kontribusi transaksi digital US$124 miliar atau Rp1.736 triliun," ujar Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso.
Hal itu disampaikannya dalam webinar bertajuk 'Bank Digital, Solusi Kemudahan Bertransaksi di Tengah Pandemi', yang digelar dalam rangka HUT ke-16 Koran Sindo, Rabu (30/6/2021).
Wimboh mengatakan Indonesia memiliki potensi yang begitu besar untuk berkembang di industri digital.
Pertama, karena besarnya populasi, yaitu 272 juta penduduk yang tersebar --di 17.000 pulau-- dan 137 juta di antaranya adalah angkatan kerja.
Kedua, kata Wimboh, sebanyak 175 juta penduduk atau sebesar 65,3% populasi merupakan pengguna Internet. Berdasarkan catatan Kementerian Koperasi dan UMKM, pada 2020 terdapat 129 juta penduduk Indonesia yang menggunakan e-commerce, dengan nilai transaksi mencapai Rp266 triliun.
"Kami berharap, pandemi Covid-19 ini menjadi momentum bagi kita semua untuk bertransformasi melalui digital, sehingga industri jasa keuangan mampu menjadi industri yang kompetitif, memiliki ketahanan, serta berkelanjutan dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional," tutur Wimboh.
Menurutnya, dibutuhkan strategi untuk mengoptimalkan potensi ekonomi digital tersebut dengan cepat. Bila tak bergerak cepat, daya saing Indonesia diyakininya akan tergerus.
"Karena global player akan berjalan lebih cepat dari apa yang kita lakukan. Indonesia akan menjadi penonton, akan menjadi pasar dari para pelaku di luar Indonesia," terang Wimboh.
Apalagi, masih terdapat 4 tantangan besar yang harus dihadapi.
Pertama, jangkauan konektivitas. Belum seluruh wilayah di Nusantara memiliki koneksi Internet yang baik.
Kedua, tingkat literasi digital yang masih perlu ditingkatkan, terutama masyarakat di daerah yang belum bankable, para pelaku sektor informal dan UMKM.
Ketiga, semakin meningkatnya kejahatan cyber dan adanya potensi penyalahgunaan data pribadi dengan menggunakan teknik manipulasi data yang bervariasi.
"Dalam memitigasi hal ini, sangat dibutuhkan dukungan perundang-undangan dan peraturan pelaksana yang jelas, serta enforcement yang tegas," tutur Wimboh seraya menambahkan, jumlah talenta digital pun masih belum memadai.
OJK menyambut baik banyaknya startup yang bermunculan. Sebab, itu memberikan kemudahan kepada para entrepreneur, plus memberikan kenyamanan serta kualitas produk kepada konsumen. Saat ini, jumlah startup milik Indonesia lebih dari 2.100, dengan 4 unicorn dan 1 decacorn.
"Khusus untuk sektor perbankan, transformasi digital menjadi fokus kami ke depan agar menjadi lebih kompetitif, memiliki kualitas produk yang baik, layanan yang memuaskan dan coverage yang luas, sehingga lebih efisien serta meningkatkan daya saing industri perbankan di kancah nasional, regional dan global," tuturnya.
Wimboh menambahkan OJK terus mendorong pengembangan suatu ekosistem digital yang terintegrasi. Dimana di dalamnya mencakup produk dan layanan digital, business process digital, platform keuangan digital, serta infrastruktur digital.
"Itu semua merupakan satu-kesatuan dari ekosistem pengembangan ekonomi Indonesia yang berbasis UMKM," pungkas pria kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, 15 Maret 1957 itu.
Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo menegaskan bank digital menjadi solusi kemudahan bertransaksi di tengah pandemi. "Digital banking satu hal yang mendobrak dunia keuangan," ungkapnya.
Masyarakat bisa membuka rekening bank lewat aplikasi.Bahkan, penyaluran kredit pun bisa dilakukan lewat aplikasi. Jadi, bank seakan punya cabang di setiap rumah yang memiliki sambungan Internet.
"Digital banking ini menjadi satu hal yang mengubah tatanan dari dunia perbankan dan dunia keuangan pada umumnya," tutur Hary.
Sebagai informasi, webinar dalam rangka HUT ke-16 Koran Sindo dengan tema besar "Value of Trust" diselenggarakan dalam dua sesi.
Sesi pertama membahas bank digital dengan narasumber utama Wimboh Santoso.
Sesi kedua, bertajuk Asa UMKM Merajai Pasar Internasional yang menghadirkan Menko Perekonomian RI Airlangga Hartarto sebagai keynote speaker, dan sejumlah narasumber lainnya.
Webinar itu disiarkan langsung di disiarkan live di YouTube, portal Sindonews dan RCTI+. RCTI+ adalah OTT streaming yang berkembang pesat dengan monthly active users sekitar 32 juta setiap bulannya pada saat ini.
Koran Sindo sendiri berkembang pesat. Bertranformasi ke digital dengan meluncurkan Sindonews.com dan terus berkembang hingga kini memiliki total 6 portal. "Coverage-nya juga cukup luas, sudah mencapai lebih dari 70 juta monthly active users," pungkas Hary.
Narasumber yang bicara dalam forum prestisius di sesi I ini, yaitu Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI/BRIS) Hery Gunardi, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Haru Koesmahargyo, Direktur Utama PT MNC Investama Tbk (BHIT) Darma Putra, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira.
Pada sesi II, tema yang diusung “Asa UMKM Merajai Pasar Internasional”.
Menko Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto memberikan keynote speech.
Narasumber pada webinar sesi kedua ini adalah Chairman of The SEA Group Indonesia Pandu Patria Sjahrir, Direktur Hubungan Kelembagaan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Sis Apik Wijayanto, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Darmawan Junaidi, dan Direktur Bisnis Kecil dan Menengah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Amam Sukriyanto.
Editor : Haryanto