Menurut Haedar Nashir, sebagai ketua umum Muhammadiyah, memiliki pandangan yang sangat tegas bahwa Muhammadiyah berposisi sebagai kelompok Islam moderat menyerukan untuk menjauhi segala bentuk radikalisme yang membawa pada paham serba absolut dan mengandung ekstrimisme, intoleransi, dan kekerasan tentang segala hal menyangkut kehidupan manusia dan kebangsaan, KH.Ahmad Dahlan pendiri Muhamamdiyah menafsirkan Surat Al-Ma'un dalam Al Quran kedalam tiga kegiatan utama: melayani dan membantu orang lain melalui bidang pendidikan, kesehatan dan pemikiran keagamaan yang berkemajuan.
Yang mana ada beberapa pesan yang dapat ditangkap dari surat al-Ma'un,diantaranya adalah; pertama, orang yang menelantarkan kaum dhu'afa tergolong kedalam orang yang mendustakan agama. Kedua, ibadah shalat memiliki dimensi sosial, dalam arti tidak ada faedah shalat seseorang jika tidak dikerjakan dimensi sosialnya. Ketiga, mengerjakan amal saleh tidak boleh diiringi dengan sikap riya. Keempat, orang yang tidak mau memberikan pertolongan kepada orang lain, bersikap egois termasuk kedalam orang yang mendustakan agama.
Dengan demikian untuk mengatasi isu radikalisme yang terjadi saat ini, maka Muhammadiyah dan Aisyiyah sebagai persyarikatan perlu menghidupkan lagi spirit al-Ma'un, guna kemajuan hidup berbangsa dan bernegara, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Kyai Dahlan di awal-awal pendirian Muhammadiyah Bila ingin simpulkan lagi, empat pesan yang terkandung dalam surat al-Ma'un inilah yang menjadi cita-cita sosial Muhammadiyah, yaitu ukhuwah (persaudaraan), hurriyah (kemerdekaan), musawah (persamaan), dan 'adaalah (keadilan) Spirit inilah diimplementasikannya dalam kehidupan sosial melalui persyarikatan Muhammadiyah.
Editor : Muri Setiawan