get app
inews
Aa Text
Read Next : Tokoh Senior Hizbullah, Muhammad Mustafa Ayoub Tewas dalam Sebuah Serangan Udara Israel

Sekutu Rusia Keluhkan Sikap Barat yang Tak Ingin Perang Ukraina Berakhir

Minggu, 04 Desember 2022 | 15:07 WIB
header img
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko. Foto: Nikolai Petrov/BeiTa/TASS

MINSK, Lintasbabel.iNews.id - Sekutu utama Vladimir Putin, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko keluhkan sikap negara-negara barat yang tidak bersedia menekan Ukraina pada pembicaraan damai guna mengakhiri perang dengan Rusia. Sikap ini membuat Kremlin tidak punya pilihan selain melanjutkan agresi yang disebutnya sebagai operasi militer khusus. 

Alih-alih merumuskan perdamaian, negara-negara Barat dituding justru mencari cara agar perang yang sudah memasuki bulan le-10 ini dapat terus berlangsung untuk sebuah alasan irasional. 

“Kami yakin mereka sedang memikirkan cara untuk melanjutkan perang. Jika demikian, operasi khusus tidak akan berakhir,” kata Lukashenko, seperti dikutip kantor berita Belarusia, BelTA, Sabtu, 3 Desember 2022. 

"Jika mereka ingin bertarung sampai orang Ukraina terakhir, atau orang Polandia terakhir dan tentara bayaran lainnya, itu pilihan mereka,"kata Lukashenko. 

Lukashenko juga buru-buru mengklarifikasi bahwa Belarusia maupun Rusia sama sekali tidak pernah menginginkan perang. Selaras dengan Kremlin, Lukashenko berdalih bahwa operasi militer khusus yang dilancarkan Rusia tidak bermaksud mengobarkan perang dengan pihak manapun termasuk Ukraina. 

Menurut Lukashenko, perdamaian belum juga tercapai karena Kremlin belum melihat adanya keseriusan Ukraina dan negara-negara Barat untuk melakukan perundingan damai secara penuh. 

"Kami secara terbuka mengklarifikasi posisi kami. Baik Rusia maupun kami tidak pernah menginginkan perang," kata Lukashenko. 

Opsi gencatan senjata dan perdamaian mulai santer disuarakan Rusia dan sekutu-sekutunya menyusul kemunduran-kemunduran yang dialami digaris depan pertempuran. Satu persatu wilayah yang sempat diduduki Rusia kini sudah diambil alih oleh pasukan Ukraina yang didukung persenjataan canggih Barat. 

Pengerahan pasukan cadangan dalam bentuk wajib militer yang diinstruksikan presiden Putin tidak membawa dampak signifikan pada arah pertempuran yang sudah menguras hampir seluruh sumberdaya militer utama Rusia. 

Posisi diatas angin membuat Ukraina tidak ingin kehilangan momentum dan memberikan kesempatan bagi Rusia untuk membangun ulang kekuatan militernya sepertinyang terjadi dalam perang-perang sebelumnya. Presiden Ukraina Volodimir Zelensky menuntut adanya jaminan keamanan dan ganti rugi kerusakan perang sebagai syarat utama perdamaian, selain pengembalian seluruh wilayah yang diduduki Rusia termasuk semenanjung Krimea.

 

Editor : Muri Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut