BANGKA SELATAN, lintasbabel.id - Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Bangka Selatan (Basel) meminta agar Edaran Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas terkait pengecilan suara azan di Masjid dan Mushollah disesuaikan dengan kondisi masyarakat.
Menurut Ketua DMI Bangka Selatan, H Andi Kusumah, toleransi antar umat beragama di Bangka Belitung khususnya di Bangka Selatan sudah berjalan dengan baik sejak turun temurun, sehingga tidak ada umat non muslim yang protes dengan suara azan.
"Jadi, menurut saya kalau hanya suara Toa dijadikan alasan mengganggu keharmonisan dan kenyamanan antar umat beragama, itu sangat kurang tepat dan lagi pula di Bangka Selatan warga desanya hampir 100 persen muslim, hanya ada beberapa desa yang ada warga non muslimnya termasuk di kota Toboali. Selama ini tidak ada masalah dan tak Mengganggu keharmonisan kami," katanya, Selasa (1/3/2022).
Menurut dia, suara azan, tilawah dan sholawat bagi muslim yang sedang sakit maupun yang sudah berusia lanjut tidak akan mengganggu, justru menjadi penenang jiwa agar selalu rindu kepada Allah SWT.
"Untuk itu saya rasa surat edaran tersebut mesti ada pengecualian dan klasifikasi, agar tidak disamaratakan di semua daerah, agar tatanan yg sudah ada tidak berubah. Toleransi yang sejati adalah toleransi yang lahir dari hati setiap umat, untuk saling menghargai dan menghormati antar sesama, tanpa dipaksakan oleh suatu aturan yang justru menurut saya akan menjadi kurang baik. Biarlah masyarakat kita merawat toleransi yang telah terjalin dengan baik selama ini. Tugas kita cukup memberi masukan, arahan dan nasehat saja atas pentingnya toleransi dan kebersamaan. Saya yakin itu akan lebih bijaksana dan akan diterima dengan senang hati oleh semua pihak," ucapnya.
DMI Bangka Selatan, kata dia menyerahkan sepenuhnya kepada DKM dan Takmir Masjid dan Mushollah di tiap-tiap desa dan kelurahan, terkait surat edaran Menag itu,sesuai dengan kondisi seperti biasanya yang telah berjalan dengan baik dan harmonis.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait
